Penembak 9 Jemaat Gereja Charleston Ternyata Pendiam  

Reporter

Jumat, 19 Juni 2015 09:53 WIB

Sejumlah petugas kepolisian berjaga-jaga di depan gereka Emanuel AME setelah terjadinya penembakan di in Charleston, 17 Juni 2015. Delapan dari sembilan korban tewas seketika saat seseorang melepaskan tembakan di dalam Gereja Emanuel. AP/David Goldman

TEMPO.CO, Charleston - Dylann Roof, pelaku penembakan jemaat Gereja Charleston, dikenal sebagai sosok pemuda yang ramah dan sopan. Seorang kerabat dekat Dylann, yaitu nenek tirinya, mengatakan Dylann tertutup terhadap segala aktivitasnya. Belakangan neneknya mengetahui pemuda berusia 21 tahun ini bergabung dalam kelompok rasis.

"Dia berubah menjadi seorang penyendiri sejak beberapa tahun terakhir. Tidak ada yang tahu mengapa dia menjadi seperti itu," kata sang nenek, seperti dikutip Wall Street Journal, Jumat, 19 Juni 2015. Dylann merupakan anak seorang kontraktor. Dia dikenal baik di awal masa sekolah dan menyukai hewan peliharaan. Namun Dylann tidak menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah menengah dan hidup terkatung-katung.

Dylann sempat mengulang pelajaran kelas sembilan di Sekolah Menengah White Knoll, Lexington, Carolina Selatan. Juru bicara Lexington di bidang pendidikan mengatakan ketika naik ke kelas 10 pada Februari 2010, Dylann meninggalkan White Knoll. Sebulan kemudian Dylann mendaftar di SMU Dreher, Columbia. Di sekolah barunya, Dylann hanya belajar sampai Mei 2010 dan kemudian pergi tanpa kabar.

Seorang kerabatnya mengatakan Dylann tinggal bersama ayahnya, Ben Roof, di Columbia. Kerabatnya menceritakan Ben seorang pekerja keras. Suatu ketika Ben pernah mengeluhkan kondisi Dylann yang kurang produktif, gemar bermain video game, dan memilih tidak bekerja.

Di lain pihak, temannya menuturkan Dylann terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. Ia dikenal penyendiri dan jarang tersenyum. "Anda bisa melihat kalau dia punya masalah," kata teman Dylann yang enggan disebutkan namanya.

Beberapa bulan sebelum insiden penembakan terjadi, polisi mendapatkan laporan ihwal Dylann yang bertingkah aneh ketika mengunjungi pusat perbelanjaan. Pada 28 Februari, Dylann ditahan atas kepemilikan obat terlarang. Dengan mengenakan pakaian serba hitam Dylann bertanya ke beberapa pegawai di dua toko tentang jam kerja pegawai dan waktu operasional mal. Saat polisi menciduknya, Dylann mengaku mendapat tekanan dari orang tuanya untuk mencari pekerjaan.

Tak lama setelah insiden penembakan di Gereja Charleston, Carolina Selatan, Amerika Serikat, pada Rabu malam, 17 Juni 2015 waktu setempat, polisi membekuk Dylann Roof. Dari keterangan sementara polisi, sebelum menembak para jemaat, pelaku meneriakkan sentimen kebencian kepada korban. Sembilan orang tewas dalam kejadian itu.

WALL STREET JOURNAL | ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya