Mahasiswa Cina Bikin Universitas di AS Kini Pasang Tarif

Reporter

Editor

Indah Pratiwi

Minggu, 31 Mei 2015 09:04 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, New York - Kemakmuran di Cina berimbas pada naiknya jumlah mahasiswa asal negara itu di Amerika Serikat. Menurut Institute of International Education, sebanyak 274.439 mahasiswa dari Cina kuliah di AS pada 2013-2014, naik 16 persen dari tahun sebelumnya. Mahasiswa Cina mewakili 31 persen dari seluruh mahasiswa internasional di negara ini dan memberikan kontribusi US$ 22 miliar pada ekonomi AS tahun 2014.

Dari jumlah itu, beberapa telah dipulangkan ke negara asalnya karena berbagai sebab. WholeRen, sebuah lembaga konsultan pendidikan di Pittsburgh, memperkirakan sebanyak 8.000 mahasiswa dari Cina telah diusir dari universitas dan perguruan tinggi di seluruh AS pada 2013-2014. Sebagian besar dari mereka, sekitar 80 persen, dikeluarkan karena melakukan kecurangan atau gagal dalam nilai akademis.

Mahasiswa Cina telah menjadi pasar yang besar di AS. Apalagi, kini kebanyakan dari mereka kuliah dengan dana pribadi. Hal ini membuat banyak universitas, misalnya Purdue University di Indiana, membebankan biaya tambahan untuk siswa internasional.

Di masa lalu, mahasiswa asal Cina di AS cenderung merupakan mahasiswa pascasarjana yang tinggal dengan dana yang terbatas. Sekarang, sejumlah besar dari mereka berasal dari keluarga kaya dan politikus. Putri Presiden Cina Xi Jinping juga dikabarkan kuliah di Harvard, tapi menggunakan nama samaran.

Kehadiran mahasiswa kaya asal Cina di universitas-universitas AS bahkan telah menarik perhatian dari merek-merek mewah untuk 'jualan' di kampus. Bergdorf Goodman, department store di New York City misalnya, mensponsori perayaan Imlek di New York University dan Columbia University, sementara Bloomingdales menyelenggarakan fashion show untuk mahasiswa Cina di pusat perbelanjaan mereka di Chicago.

Di Cina sendiri, permintaan untuk pendidikan luar negeri telah melahirkan industri rumahan yang membantu siswa mempersiapkan aplikasi mereka. Industri ini kurang diatur oleh pemerintah dan kerap melakukan penipuan. Menurut Zinch China, sebuah perusahaan konsultan pendidikan, 90 persen dari pelamar Cina mengirimkan rekomendasi palsu, 70 persen esai ditulis orang lain, 50 persen nilai mereka sengaja didongkrak, dan sebanyak 10 persen menuliskan daftar penghargaan akademik dan prestasi lainnya yang tak pernah mereka terima.

Akibatnya, banyak siswa tiba di Amerika Serikat dan menemukan bahwa bahasa Inggris mereka tidak cukup baik untuk mengikuti kuliah atau menulis makalah. Namun karena mereka membawa uang yang besar, banyak pula perguruan tinggi di AS yang menutup mata akan hal ini.

"Universitas Amerika telah kecanduan mahasiswa Cina," kata Parke Muth, konsultan pendidikan yang berbasis di Virginia dengan pengalaman yang luas di Cina. "Mereka dengan mudah diterima tanpa mengalami banyak kesulitan."

THE ATLANTIC | INDAH P.

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya