Seorang wanita Sunni dan anak-anaknya menangis saat tiba di Baghdad setelah melarikan diri dari kampung halamannya Ramadi akibat tindak kekerasan di Irak, 19 Mei 2015. Tentara Irak mengerahkan tanks dan senjata artilleri di Ramadi bersiap-siap mengadapi Negara Islam (ISIS). REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Teheran -Kepala unit dari pasukan elite Pengawal Revolusi Iran menuduh AS sengaja tidak akan menghentikan aksi milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) setelah kejatuhan Kota Ramadi di Irak.
"Amerika menunjukkan jika mereka tidak akan memerangi ISIS," kata Jenderal Qassem Soleimani. Pernyataannya itu muncul setelah Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter, dalam sebuah wawancara yang disiarkan Minggu, 24 Mei 2015, menuduh pasukan Irak tidak sepenuh hati dalam memerangi ISIS.
Para pejabat AS termasuk Carter, mengatakan pasukan Irak telah melarikan diri dari pasukan ISIS di Ramadi. Mereka tidak melakukan perlawanan, meninggalkan senjata dan kendaraan untuk ekstremis.
Soleimani kemudian mengatakan bahwa Iran dan sekutunya adalah satu-satunya kekuatan yang dapat menangani ISIS. "Hari ini, tidak ada seorang pun yang bertempur dengan ISIS, kecuali Republik Islam Iran, serta negara-negara tetangga Iran yang didukung Iran," katanya.
AS dalam konflik diberitakan tersebut telah membantu meluncurkan serangan lewat udara bersama koalisi internasional antara lain Yunani, Norwegia, dan Australia, termasuk melengkapi dan melatih pasukan Irak.
Adapun Iran dan kelompoknya masih sebatas menawarkan penasihat, termasuk mengarahkan milisi Syiah melawan para ekstremis. Iran pun mengatakan tidak memiliki pasukan tempur di Irak, meskipun beberapa anggota Garda Revolusi ditemukan tewas di sana.