TEMPO.CO, Washington - Badan intelijen Amerika Serikat, Rabu 20 Mei 2015, merilis dokumen yang dikatakan didapatkan setelah melakukan serangan ke kompleks di Pakistan di mana pasukan AS membunuh pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden pada tahun 2011.
Kantor Direktur Intelijen Nasional (The Office of the Director of National Intelligence-ODNI) AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dibukanya dokumen ini, yang disebut sebagai "Bin Laden's Bookshelf" setelah lebih dulu dikaji secara "ketat" oleh lembaga pemerintah AS dan "sejalan dengan seruan presiden untuk meningkatkan transparansi..."
Dokumen Bin Laden's Bookshelf itu bisa diakses secara online di sini.
Materi yang dibuka mencakup laporan dari lembaga pemikir, perangkat lunak dan manual teknis untuk program komputer, dan surat-surat berbahasa Arab untuk rekan bin Laden, termasuk tersangka teroris lainnya yang juga diburu AS. Dalam merilis dokumen itu, ODNI mengatakan mereka hanya menerbitkan materi yang "tidak akan mengganggu operasi yang sedang berlangsung terhadap al-Qaeda atau afiliasi mereka."
Bagian dari 'harta dokumen' bin Laden sebelumnya juga telah dirilis, sekali oleh Pusat Pemberangtasan Terorisme di West Point, dan sekali melalui sidang kasus teror di New York. Ketika bin Laden tewas pada Mei 2011, pejabat AS menggambarkan mendapatkan "harta karun" material soal al-Qaeda dari pemimpinnya.
Di antara materi yang diambil dari rumah bin Laden di Abbotabad adalah buku karya non-fiksi tentang badan intelijen AS Central Intelligence Agency (CIA), terorisme dan sejarah militer dan politik AS, termasuk buku "Obama Wars" karya Bob Woodward.
Bin Laden juga terlihat membaca apa yang analis Barat pikirkan tentang al Qaeda dan beberapa teori konspirasi yang bertema sekitar serangan 9/11. Pada pertengahan 2000-an Bin Laden juga rupanya membaca majalah berita seperti Foreign Policy dan Newsweek, terutama ketika artikel penutupnya fokus pada al-Qaeda dan respon Amerika.
Karya dari lembaga pemikir Barat seperti Pusat Pemberantasan Terorisme di West Point, Chatham House dan Jamestown Foundation juga ditemukan di tempat tinggal bin Laden. Buku-buku agama, termasuk salinan Al-Quran dan teks-teks Islam lainnya, tetapi juga "Profil para uskup di Gereja Inggris." Beberapa peta juga ada di sana yang menunjukkan bagaimana bin Laden memiliki minat besar soal Iran, khususnya soal situs nuklir negara Republik Islam itu.
Pasukan khusus AS, NAVY SEALS membunuh bin Laden dalam sebuah serangan ke kompleks di Abbottabad, sebuah kota Pakistan yang juga adalah pangkalan militer Pakistan, Mei 2011 lalu. Bin Laden adalah pemimpin al-Qaeda, organisasi yang dianggap bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 ke Amerika Serikat yang menewaskan sekitar 3.000 orang.
"Ini adalah untuk kepentingan publik Amerika untuk warga biasa, akademisi, jurnalis dan sejarawan untuk memiliki kesempatan membaca dan memahami dokumen bin Laden," kata Ketua Komite Intelijen DPR AS Devin Nunes dalam pernyataannya menanggapi dibukanya materi soal bin Laden.
REUTERS | ABC NEWS | ABDUL MANAN
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya