Pria Ini Geram Lihat Potongan Kakinya di Tempat Sampah

Reporter

Minggu, 3 Mei 2015 06:16 WIB

AP/Khalil Hamra

TEMPO.CO,Miami: Seorang pria asal Florida Selatan, Amerika Serikat, geram dan menggugat rumah sakit karena menemukan kakinya yang telah diamputasi di tempat sampah, dengan nama dia yang masih melekat di kaki itu. John Timiriasieff, 56 tahun, menjalani amputasi kaki kanan di bawah lutut di Rumah Sakit Doctors, Coral Gables, pada Oktober lalu.

“Bukannya membuang anggota tubuh penggugat di tempat yang layak seperti diatur dalam hukum Florida, Rumah Sakit Doctors membuat kaki penggugat ke tempat sampah masih dengan tag nama penggugat,” demikian pernyataan dalam berkas gugatan yang diajukan pengadilan wilayah Miami-Dade seperti dilansir Reuters, Sabtu, 2 Mei 2015.

Akibatnya, sebulan kemudian keluarga Timiriasieff dihubungi detektif kasus pembunuhan yang menyelidiki apakah dia menjadi korban permainan kotor. Pihak keluarga lalu meminta penjelasan dari rumah sakit. Namun, pihak rumah sakit menyatakan tidak akan memberi penjelasan soal apa yang terjadi.

Doctors Hospital Inc, cabang dari pusat kesehatan Baptist Health South Florida Inc, menyatakan mereka tidak akan membahas detail insiden tersebut dengan pertimbangan privasi pasien.

“Yang bisa kami katakan, ketika Rumah Sakit Doctors diberitahu situasi ini, para pemimpin rumah sakit mengambil langkah untuk menyelesaikannya,” demikian pernyataan rumah sakit lewat surat elektronik kepada Reuters. “Prosedur telah diambil untuk mencegah kejadian itu terulang lagi.”

"Biasanya, organ tubuh yang diamputasi segera dibakar pihak rumah sakit,” kata Clay Roberts, pengacara Timiriasieff. Roberts mengatakan dia menulis surat kepada rumah sakit pada Januari lalu tetapi tidak dibalas.

Dalam gugatannya, Timiriasieff menggambarkan perilaku rumah sakit sebagai “keterlaluan dan melampaui batas kesopanan karena menganggap organ tubuh manusia sebagai najis dan sangat tidak dapat ditoleransi masyarakat yang beradab.”

Kaki itu ditemukan di fasilitas pembuangan sampah dan dilaporkan kepada polisi. Roberts mengatakan kliennya sangat kesal pada ketidakpedulian rumah sakit untuk bertanggung jawab atas tekanan emosional yang dialami akibat keteledoran mereka, serta gagal melindungi informasi medis pribadi. “Saya pernah mendengar pasien yang salah diamputasi, tapi rumah sakit tidak boleh membuangnya begitu saja,” kata Roberts.

REUTERS | NATALIA SANTI

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya