Surat dari Kathmandu Kepada Tempo (4): Ini Kekhawatiran Kami
Editor
Maria Rita Hasugian
Rabu, 29 April 2015 16:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bencana gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter yang menerjang Nepal pada Sabtu, 25 April 2015 pukul 11.56 waktu setempat seperti mimpi buruk. Semua orang kaget, panik, dan ketakutan menyaksikan keganasan gempa di siang bolong. Megharaj Adhikari meneteskan air mata menyaksikan negerinya luluh lantak hanya dalam rentang waktu beberapa jam saja.
Tempo yang menghubungi Megharaj via Facebook menerima penjelasan tentang apa yang terjadi di negaranya pada Sabtu malam itu. Megharaj mengirimkan surat berjudul “Gempa Mematikan di Kathmandu dan Konfigurasinya” ke Tempo. Dalam surat itu, Megharaj menuturkan pengalamannya menghadapi bencana dahsyat yang merenggut ribuan orang itu. Berikut ini bagian terakhir surat Megharaj, pengajar di Universitas Thribhuvan, Kathmandu, Nepal, itu.
Ruang publik, seperti disampaikan oleh filsuf Jerman Jurgen Habermas, merupakan tempat warga negara dan pihak-pihak yang berkepentingan berkumpul untuk mendiskusikan isu dalam arti luas. Ruang sosial ini memainkan peran penting dalam mendiseminasikan ide dan membangun kesadaran antar masyarakat. Sebaliknya, ketergantungan pada radio dan televisi sebelumnya, dengan kemajuan teknologi saat ini bergerak secara terus menerus ke arah domain virtual. Popularitas dan penetrasi Internet membolehkan ide dan bantuan lebih cepat disebarkan dibandingkan sebelum ada zona akses Internet.
Saat ini orang berjalan mengitari ruang terbuka menemukan banyak orang di tenda, meski hal ini tak banyak ditemukan di dalam kawasan kota. Yang kami lebih khawatirkan jika kami tahu air tanah tercemar. Lebih buruk lagi adalah orang-orang buang air besar di ruang terbuka yang mengakibatkan segera terjadi pencemaran dan penyakit, terutama bagi anak-anak.
Orang-orang seperti kami memasak di luar rumah dan makan dalam satu kelompok. Rumah berdiri dan kosong tanpa ada kegiatan manusia. Bahayanya adalah orang-orang yang tinggal di tenda-tenda di dekat aliran sungai karena akan mencemari sungai. Sejauh ini yang menjadi kepedulian adalah bahaya dari bau busuk dari jasad manusia. Umat Hindu membakar tubuh manusia yang meninggal di kawasan Pasupati. Lebih dari 500 mayat dibakar untuk sekali pembakaran. Semua orang khawatir untuk pulang ke rumah mereka.
Hujan deras menjadi satu masalah besar bagi orang-orang yang tinggal di tenda-tenda. Masalah lain, semua toko tutup sehingga orang-orang tidak memiliki stok makanan. Banyak yang berusaha meninggalkan kota, tapi sewa kendaraan sangat mahal. Bahkan ada yang khawatir pergi ke lokasi yang dekat dari Kathmandu yang ternyata terkena dampak serupa. Penerbangan domestik tidak ada. Beberapa orang percaya pada rumor bahwa masih ada gempa lanjutan yang lebih dahsyat.
Sulit bagi kami untuk menyakinkan orang-orang tua yang ketakutan pada bencana gempa seperti dalam “movie 2012”. Namun kami sedikit lega karena getaran-getaran terjadi dalam selang waktu yang lama dibandingkan dengan sebelumnya dan getarannya pun lebih kecil. Sekarang semuanya tampak sangat normal meski cuaca buruk di Kathmandu. Banyak negara dan lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan memberikan dukungan. Pemerintah Nepal bahkan telah menggerakkan prajurit tentara dan polisi untuk memberikan bantuan. Sebanyak 90 persen dari jumlah mereka bekerja di kawasan yang terkena dampak dan membantu orang-orang yang tinggal dalam tenda di ruang terbuka. Mari kita harapkan yang terbaik, Om Shanti, Shanti Shanti (Damai menyertai semua) !!!
MARIA RITA