Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye, memberikan pidato di hadapan tamu undangan yang terdiri dari tamu negara, pihak militer dan para perwira muda. Gyeryong, Korea Selatan, 12 Maret 2015. Chung Sung-Juni / Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Korea Selatan Park Geun-hye pada Senin menerima pengunduran diri perdana menterinya terkait skandal suap yang meluas dan telah mencemari anggota-anggota senior di pemerintahannya yang goyah.
Park sedang berada dalam lawatan empat hari ke Amerika Selatan ketika Perdana Menteri Lee Wan-koo mengajukan pengunduran diri. Keputusan itu dibenarkan oleh seorang pejabat kantor kepresidenan, beberapa jam setelah Park kembali ke Tanah Air, lapor AFP.
Kendati merupakan pejabat tertinggi kedua di Korea Selatan, seorang perdana menteri sebagian besar hanya menjalankan peranan seremonial di negara itu. Kekuasaan berpusat di lembaga kepresidenan.
Namun jabatan tersebut membawa beban simbolis. Ditambah, mundurnya Lee setelah menjabat hampir dua bulan merupakan pukulan baru bagi Park, yang kian tersudut.
Tangan Lee menjadi kotor karena skandal, yang awal bulan ini dipicu insiden bunuh diri Sung Wan-jong, bekas kepala perusahaan konstruksi yang bangkrut. Dari dalam saku baju pria itu, para penyelidik menemukan sebuah catatan berupa daftar nama delapan orang, termasuk Lee dan kepala staf kepresidenan Lee Byung-kee--bersama-sama sejumlah pejabat lainnya--yang diduga menerima uang suap.
Bunuh diri itu dilakukan Sung di saat ia akan diperiksa oleh jaksa penuntut menyangkut tuduhan bahwa ia membentuk dana dari uang perusahaan yang digelapkan untuk menyuap para politikus dan pejabat pemerintah.
Kendati Lee telah berkali-kali menyatakan tidak bersalah, tekanan agar ia mengundurkan diri terus meningkat setelah partai oposisi utama mengatakan mereka akan mengupayakan pemakzulan secara resmi terhadap dirinya.
Situasi itu merupakan saat-saat bergolak bagi Presiden Park, yang popularitasnya jeblok dan masih belum kembali baik setelah tragedi kapal penumpang Sewol tahun lalu. Pada minggu-minggu belakangan ini, para keluarga dan pendukung korban tragedi itu turun ke jalan melakukan unjuk rasa bersamaan dengan demo serikat buruh yang berpawai unjuk rasa di seantero negeri untuk mengecam reformasi ketenagakerjaan.
Lawatan Presiden Park ke Amerika Selatan dikritik sebagian pihak sengaja diatur waktunya agar bersamaan dengan peringatan tahun pertama tragedi kapal penumpang Sewol. Dia dituding tak ingin direpotkan urusan itu.
Kantor Kepresidenan sebelumnya pada Senin mengatakan bahwa Park telah dianjurkan untuk beristirahat selama dua hari setelah ia mengeluh mengalami kram perut dan radang tenggorokan. Juru bicaranya mengatakan Park tidak sehat karena kelelahan.
Partai Saenuri berkuasa pimpinan Park mengatakan pihaknya menyayangkan pengunduran diri perdana menteri. "Namun hal ini menunjukkan tekad kuat Presiden untuk menggunakannya sebagai titik awal bagi reformasi politik," kata pernyataan itu.