Sejumlah tentara Nepal dengan dibantu sejumlah relawan, mengeruk tumpukan puing-puing bangunan saat mencari warga yang hilang usai dilanda gempa bumi di Bhaktapur, Nepal, 27 April 2015. REUTERS
TEMPO.CO, Semarang- Empat anggota Mahasiswa Pecinta Alam Kedokteran (Mapadoks), Universitas Sultan Agung (Unissula), Semarang, yang selamat dari gempa Nepal menjadi relawan medis. “Mereka diperbantukan sebagai relawan tim medis,” kata senior Mapadoks, Nauval Marta Kusuma, Senin, 27 April 2015.
Anggota Mapadoks itu selamat ketika mendaki menuju puncak Everest. Para pendaki yang semuanya dokter itu Ahmad Novel, Eko Prasetyo, Meinardi, dan Prabudi. Pendaki perempuan Cecilia Vita dari Wanadri Bandung ikut bersama mereka.
Awalnya, mereka berencana memasang bendera merah putih dan Mapadoks di puncak Everest. “Sekaligus memperingati ulang tahun Mapadoks,” kata dokter Nauval.
Kabar pendaki asal Tanah Air selamat yang kemudian diperbantukan menjadi relawan medis itu diterima melalui aplikasi WhatsApp. Kabar itu disampaikan Gunadi, alumnus Unissula yang berada di Nepal. Ia bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam di sana.
Informasi dari Gunadi menjadi kabar terbaru bagi Mapadoks. Sabtu 25 April lalu, para pendaki itu tidak bisa dihubungi. Meski mereka sempat berkomunikasi melalui WhatsApp dengan mengirim foto dan video. "Posisi terakhir di Loboche, setelah itu tidak bisa komunikasi."