Presiden Joko Widodo, memberikan penjelasan mengenai peluang investasi di Indonesia untuk para pengusaha Cina dalam acara Indonesia-Cina Economic Cooperation Forum di Beijing, 27 Maret 2015. Jokowi mengajak ratusan pengusaha Tiongkok menanamkan modalnya di Indonesia. AP/Feng Li
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo belum mendapatkan laporan utuh ihwal Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yaman yang hancur karena bom. Presiden Jokowi mengaku masih menunggu proses evakuasi dan investigasi kerusakan di Yaman.
"Saya sudah dilapori, namun belum mendengar laporan utuh. Masih menunggu investigasi dari sana," kata Jokowi seusai membuka World Economic Forum di Jakarta pada Senin, 20 April 2015.
Presiden Jokowi, yang hadir didampingi Menko Perekonomian Sofyan Djalil dan Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, ingin mengetahui seberapa besar dampak kerusakan di sana.
Kantor Kedutaan Besar Repulik Indonesia (KBRI) di Sanaa, Yaman, terkena bom, Senin, 20 April 2015. Gedung KBRI ikut terguncang meski sasaran utama pengeboman, berjarak lima kilometer dari KBRI. Dilaporkan pula, dua staf Kedutaan terluka.
Kepala Subdirektorat Repatriasi dan Bantuan Sosial Kementerian Luar Negeri Aji Surya menuturkan, bom menghancurkan 90 persen dari gedung KBRI di Yaman. Sejumlah staf KBRI lainnya menyelamatkan diri dan kini dievakuasi di Wisma Negara. "Sementara tinggal di kediaman Duta Besar RI di Sanaa," ujar Aji Surya seperti dilansir Antara, Senin, 20 April 2015.
Di Yaman kini sedang berkecamuk konflik antara pemerintah Sunni dan pemberontak Houthi yang beraliran Syiah. Karenanya, sejak Desember 2014 pemerintah berusaha mengevakusi WNI di sana. Akhir tahun lalu pemerintah berhasil mengevakuasi 332 WNI, lalu Februari-Maret 148 orang, kemudian pada pekan pertama April sebanyak 220 orang.