Sidang Bom Boston, Jaksa: Pelaku Gelorakan Terorisme di AS

Reporter

Selasa, 7 April 2015 14:50 WIB

Sketsa wajah pelaku pemboman Boston Marathon Dzhokhar Tsarnaev, saat menjalani pra-sidang sebelum menjalani sidang pada Januari 2015 di Pengadilan federal, Boston, 18 Desember 2014. Tsarnaev menghadapi hukuman mati atas serangan bom saat event Boston Marathon pada 15 April 2013. REUTERS/Jane Collins

TEMPO.CO, Boston - Tersangka pelaku pengeboman Boston Marathon, Dzhokhar Tsarnaev, menurut dakwaan jaksa, sengaja menyasar korban pria, wanita, dan anak-anak. "Dia ingin menggelorakan terorisme di Amerika Serikat," kata jaksa, Senin 6 April 2015.


Tsarnaev dituduh oleh jaksa melakukan persekongkolan jahat bersama kakak kandungnya, Tamerlan, melakukan pengeboman di acara lomba lari maraton yang digelar April 2013.

Pada aksi ledakan bom di garis finis saat maraton tersebut, tiga orang dilaporkan tewas dan lebih dari 260 korban lainnya luka-luka. Bila seluruh dakwaan jaksa dapat dibuktkan di depan majelis hakim, Dzhokar bakal dijatuhi hukuman mati.

"Dia sengaja memilih hari ketika banyak warga sipil berada di trotoar. Dia dan abangnya menyasar warga sipil, pria, wanita, dan anak-anak sebab dia ingin mendapatkan nilai. Dia ingin menggelorakan terorisme di negeri ini," kata asisten jaksa Amerika Serikat, Aloke Chakravaty Senin, 6 April 2015.

"Dia ingin menghukum Amerika sebagaimana dilakukan terhadap masyarakatnya. Jadi, itulah yang dia lakukan," imbuhnya.

Chakravarty menunjukkan kepada juri sebuah foto Tsarnaev berdiri hanya beberapa meter dari seorang bocah berusia delapan tahun yagn menjadi korban. Anak ingusan itu bernama Martin Richard sedang bersama keluarganya. Adapaun anak-anak lainnya berdiri di barikade untuk menyaksikan para pelari melintasi garis finis.

Dia mengatakan, Tsarnaev meletakkan bom di sebelah kanan, bom kedua yang meledak pada saat pelari mencapai garis finis. "Anak-anak itu tidak berdosa padanya. Mereka bangsa Amerika."

Untuk mempertegas dakwaannya, Chakravarty memperlihatkan sebuah video mengerikan usai ledakan bom pertama. Video tersebut berisi rekaman para korban berdarah-darah bergelimpangan di jalan raya dan ceceran darah dimana-mana. Tampak pula sejumlah orang memberikan banuian kepada para korban cedera, orang-orang berteriak, dan rintihan korban meminta tolong.

AL JAZEERA | CHOIRUL


Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya