Seorang warga Palestina menggendong anaknya sambil duduk di tenda pengunngsian depan rumahnya yang hancur akibat pertempuran Israel-Hamas di Gaza, 8 Januari 2015. REUTERS/Mohammed Salem
TEMPO.CO, Gaza - Israel mengizinkan ratusan truk membawa barang-barang kebutuhan rumah tangga memasuki wilayah Jalur Gaza, Palestina, melalui lintas batas Karam Abou-Salem.
Menurut pejabat perbatasan Palestina, Raed Fattouh, dalam jumpa pers sebagaimana diwartakan Ahram Arabic, Ahad, 22 Maret 2015, otoritas pendudukan Israel mengizinkan 620 truk membawa barang-barang komersial dan pertanian. Sebelumnya, Israel menutup perbatasan ini pada Jumat-Sabtu.
Fattouh menjelaskan 120 truk membawa berbagai kebutuhan untuk membangun infrastruktur jalan. Sedangkan 124 truk lainnya mengangkut material untuk pembangunan perumahan.
Israel mencegah masuknya bahan bakar dan listrik ke Gaza sebagai perluasan pelarangan terhadap masuknya berbagai kebutuhan rakyat Palestina. Yaitu cuka, biskuit, unggas, dan daging, sejak Tel Aviv menguasai Jalur Gaza pada 2007.
Semua daerah lintas batas, termasuk Gaza dan teritorial yang dicaplok pada 1967, ditutup sejak 2007 setelah Hamas menjadi penguasa secara de facto di Gaza. Selain itu, Negeri Yahudi itu melarang nelayan Palestina mencari ikan di perairan dalam.
Sejak serbuan militer Israel ke Gaza pada 2014, kondisi rumah warga Palestina mengenaskan karena hancur lebur oleh serbuan mesin pembunuh Israel. Para warga sangat membutuhkan bahan bangunan untuk membangun kembali kediaman mereka.
Pos lintas batas Karam Abou-Salem, kawasan pelabuhan komersial, merupakan satu-satunya tempat yang diperbolehkan menjadi pusat pengiriman barang-barang kebutuhan rumah tangga dan bahan bakar minyak ke Gaza.
Di kawasan ini, terdapat lima titik lintas batas yang menghubungkan Gaza dengan Israel. Untuk menuju Mesir, hanya melalui satu pos lintas batas, yakni melalui Rafah di Gaza.
Selama ini rakyat Palestina menggunakan Rafah sebagai jalan pintas menuju Mesir. Mereka memanfaatkannya untuk menempuh pendidikan dan berobat ke rumah sakit. Namun pintu gerbang satu-satunya ini ditutup oleh Mesir sejak Presiden Mohamed Mursi tumbang pada Juli 2013. Baru-baru ini, Mesir membuka kembali Rafah pada 8 Maret 2015 selama tiga hari.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.