TEMPO.CO, Solna - Badan intelijen Swedia (Säkerhetspolisen atau SAPO) menilai Rusia meningkatkan operasi intelijennya di negara Skandinavia ini. SAPO menyebut Rusia menggunakan sepertiga dari staf diplomatiknya di Stockholm untuk pengumpulan intelijen secara klandestin.
Kepala analis SAPO Wilhelm Unge menggambarkan mata-mata Rusia "berpendidikan tinggi, kebanyakan lebih muda daripada di era Soviet. Mereka didorong dan berorientasi pada tujuan dan kompeten secara sosial."
SAPO, dalam laporan tahunannya, menyebut Rusia sebagai "ancaman intelijen terbesar melawan Swedia, diikuti oleh Iran dan Cina." Tahun lalu badan ini mengaku berhasil menghentikan beberapa upaya Rusia untuk mendapatkan teknologi Swedia untuk tujuan militer.
Kedutaan Rusia belum memberi komentar atas berita ini.
SAPO memperingatkan tahun lalu bahwa Rusia telah meningkatkan spionase politik, ekonomi dan militer di Swedia di tengah memburuknya hubungan mereka dengan Barat atas krisis Ukraina. Swedia bukan anggota NATO, tetapi bekerja sama erat dengan pakta pertahanan itu.
"Ada ratusan perwira intelijen Rusia di Eropa dan Barat. Mereka melakukan pelanggaran terhadap wilayah kita setiap hari," kata Unge kepada wartawan di markas SAPO di Solna, di luar Stockholm, pada peluncuran laporan tahunan badan itu, Rabu, 18 Maret 2015.
"Yang penting dicatat adalah bahwa sekitar sepertiga dari personel diplomatik Rusia pada kenyataannya bukan diplomat, tetapi petugas intelijen," kata Unge.
Lalu mengapa SAPO tidak meminta mereka, para mata-mata yang menyamar sebagai delegasi Rusia itu, keluar dari Swedia? "Kami tidak berhak memutuskan siapa yang harus atau tidak harus di Swedia. Itu terserah pemerintah," ujar Unge.
Kementerian Luar Negeri Swedia tidak memberikan komentar soal berita ini.
GLOBALNEWS.CA | AP | ABDUL MANAN
Berita terkait
35 Kota Swedia Bersedia Terima Kembali 230 Eks ISIS dan Keluarga
9 April 2019
Swedia akan menerima sekitar 150 eks militan ISIS dan istri mereka, bersama 80 anak-anak setelah ISIS tumbang di Baghouz, Suriah.
Baca SelengkapnyaHilang pada 1945, Pasangan Ini Ditemukan 75 Tahun Kemudian
19 Juli 2017
Jenazah pasangan suami istri yang hilang di Pegunungan Alpen sejak 75 tahun lalu, ditemukan terdampar di kawasan gletser di Swiss.
Baca SelengkapnyaWarga Swedia Liburan ke Luar Negeri Dua Kali Setahun
22 Mei 2017
Indonesia belum banyak dikenal warga Swedia.
Baca SelengkapnyaTiba di Indonesia Raja Swedia Tenteng Koper Sendiri
21 Mei 2017
Ke Indonesia menggunakan pesawat komersial, Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia akan ke Bandung naik kereta api dari Jakarta.
Baca SelengkapnyaRaja Swedia Penasaran dengan Keberagaman Budaya Indonesia
21 Mei 2017
Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia berkunjung ke Indonesia 21-24 Mei 2017.
Baca SelengkapnyaMengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia
21 Mei 2017
Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia tempat berkantornya Raja Carl XVI Gustaf yang akan berkunjung ke Indonesia besok.
Baca SelengkapnyaRaja dan Ratu Swedia Kunjungi Pusat Penelitian di Bogor
21 Mei 2017
Pimpinan monarki Swedia, Raja Carl XV Gustaf dan Ratu Silvia, rencananya akan tiba di Indonesia besok atau Senin, 22 Mei 2017.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Indonesia, Raja Swedia Bahas Kerjasama 4 Sektor Ini
18 Mei 2017
Bagas Hapsoro mengatakan salah satu kerja sama yang akan dijalin dalam kunjungan Raja Swedia Carl XVI Gustaf terkait bidang riset dan teknologi.
Qatar Meresmikan Masjid Terbesar di Skandinavia
5 Mei 2017
Masjid ini sanggup menampung 2.000 jamaah.
Swedia Tahan Sopir Truk, Diduga Teroris
8 April 2017
Pihak berwajib juga menahan pria kedua lantaran memiliki kaitan dengan tersangka.
Baca Selengkapnya