Tragedi Penembakan 3 Muslim, Media Amerika Dituding Bias  

Reporter

Jumat, 13 Februari 2015 18:40 WIB

Ratusan pelayat melakukan doa bersama saat acara pemakaman tiga pemuda muslim yang tewas akibat penembakan di Method Road Soccer Complex, North Carolina, 12 Februari 2015. Deah Shaddy Barakat, Yusor Mohammad Abu-Salha dan Razan Mohammad Abu-Salha tewas ditembak oleh Craig Stephen Hicks. AP/The News & Observer, Corey Lowenstein

TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga tiga warga muslim yang ditembak mati di Chapel Hill, Carolina Utara, Amerika Serikat, menyampaikan curahan hatinya kepada warga dunia. Keluarga menganggap pelaku pembunuhan tiga warga itu tak ubahnya sebagai teroris.

Linda Sarsour, juru bicara keluarga dan Direktur Eksekutif American Association Arab New York, berbicara kepada Russia Today untuk menyampaikan isi hati keluarga yang dirundung duka itu. Tiga warga muslim, yakni Deah Shaddy Barakat, 23 tahun; Yusor Mohammad Abu-Salha, 21 tahun; dan Razan Mohammad Abu-Salha, 19 tahun; ditembak mati di apartemen mereka di Chapel Hill, Selasa lalu.

Tersangka penembakan, Craig Stephen Hicks, 49 tahun, menyerahkan diri pada Selasa malam. Hicks dikenai tiga tuduhan pembunuhan tingkat pertama.

Kasus itu memicu reaksi di media sosial. Media-media Barat pun menerapkan standar ganda dengan membandingkan kasus serangan di Paris. Reaksi para pemimpin dunia yang pasif dalam kasus ini juga dibandingkan dengan respons mereka dalam kasus penyerangan di kantor Charlie Hebdo.

”Keluarga benar-benar yakin bahwa ini adalah kejahatan rasial, berdasarkan percakapan yang ayah miliki dengan putrinya tentang tetangganya yang sarat kebencian,” kata Sarsour. ”Dia mengatakan kepada ayahnya, ‘Saya tahu dia membenci saya terkait dengan siapa saya dan apa yang saya kenakan’,” tutur Sarsour menirukan pernyataan korban sebelum tragedi penembakan terjadi.

Sarsour menilai Hick seorang rasis. ”(Hicks) diketahui berjalan ke kompleks apartemen dan memiliki pistol di tangannya,” katanya.”Dan itu ditambah posting-an di media sosial. Tampaknya dia sangat ekstremis, ateis, jadi dia sangat anti-agama atau anti-agama orang lain.”

Keluarga korban, ucap Sarsour, yakin tindakan Hicks benar-benar merupakan tindakan terorisme. “Terorisme adalah kejahatan yang memiliki motivasi politik atau agama di belakangnya. Orang ini adalah anti-teis. Jika Anda melihat beberapa posting-an di media sosial, ia adalah anti-agama dan anti-agama orang lain. Ini benar-benar bagi saya kasus terorisme dalam negeri,” ujar Sarsour, yang dilansir Jumat, 13 Februari.

Sarsour lantas mengkritik media-media Barat yang tampak mengabaikan kasus penembakan itu, sehingga memicu reaksi di media sosial dengan munculnya kampanye pembelaan kepada korban dengan tagar #MuslimLivesMatter dan #ChapelHillShooting.

”Jika pelaku (serangan) adalah muslim, kita akan memiliki liputan nonstop dari agamanya, dia berafiliasi dengan kelompok mana, di mana dia bekerja, dia berbicara dengan siapa, dan benar-benar fokus dalam banyak hal,” ujar Sarsour. Sedangkan dalam kasus di Chapel Hill tidak seheboh dengan kasus yang terjadi di Paris.

Sementara itu, istri Hicks, Karen, membantah bahwa suaminya dimotivasi oleh islamofobia ketika membunuh tiga warga muslim itu. Menurut dia, kasus ini murni sengketa lahan parkir.

RT | WINONA AMANDA

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya