Seorang perempuan Palestina mengintip dari tenda yang didirikan di depan rumahnya yang hancur akibat pertempuran Israel-Hamas selama 50 hari di Gaza, 8 Januari 2015. Hujan lebat dan dimulainya suhu dingin menambah penderitaan warga Gaza yang tinggal dirumahnya yang hancur. REUTERS/Mohammed Salem
TEMPO.CO, Tel Aviv - Kelompok pemerhati hak asasi manusia Israel, B'Tselem, mengritik pemerintahnya karena sengaja mengeluarkan kebijakan membombardir permukiman melalui serangan udara. Aksi ini menyebabkan ratusan warga sipil tewas dalam perang Gaza tahun lalu.
Dalam sebuah laporan yang dilansir B'Tselem ke media massa, Rabu, 28 Januari 2015, sebanyak 70 gempuran udara Israel terhadap bangunan perumahan di wilayah Palestina telah membunuh sedikitnya 2.200 warga sipil. Menurut B'Tselem, sejumlah pejabat Israel harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
"Angkatan bersenjata Israel telah menghancurkan tempat tinggal, sementara warga berada dalam bangunan tersebut," tulis B'Tselem dalam laporan setebal 49 halaman.
Dalam kasus yang diinvestigasi B'Tselem, sebanyak 606 orang tewas, 70 persen di antaranya berusia di bawah 18 tahun. Adapun Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan jumlah korban tewas dalam konflik Palestina hampir 70 persen adalah penduduk sipil. Konflik yang berlangsung pada Juli-Agustus 2014 ini juga menewaskan 67 serdadu dan 5 warga sipil Israel.