Presiden Benigno S. Aquino III (dua kanan baris kedua ), PM Malaysia Najib Razak (dua kiri baris kedua), Pemimpin MILF, dan Al Haj Murad Ebrahim (kiri baris kedua) saat menyaksikan proses penandatangan Perjanjian Bangsamoro di Istana Malacanang, Manila, Filipina (27/3). (AP Photo/Malacanang Photo Bureau, Benhur Arcayan)
TEMPO.CO, Manila - Sebanyak 43 pasukan elite komando polisi Filipina tewas oleh pemberontak dalam sebuah serangan di selatan Filipina, Ahad, 22 Januari 2015. Mereka disergap ketika melakukan pengejaran terhadap tersangka pembuat bom.
Para komando dari unit kesatuan Pasukan Aksi Khusus (SAF) kepolisian nasional Filipina itu, menurut Deupti Direktur Jenderal Kepolisian Leonardo Espina, tewas saat baku tembak sengit selama 12 jam di Kota Mamasapano, Provinsi Maguindanao, selatan Filipina. "Adu senjata itu juga menyebabkan 11 komando polisi cedera," katanya dalam jumpa pers di Kota Cotabato, Senin, 26 Januari 2015.
Beberapa pejabat yang tak disebutkan namanya dan kelompok pemberontak mengatakan, serangan mematikan terhadap anggota kepolisian Filipina itu melibatkan dua kelompok yakni Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang melakukan perjanjian damai dengan pemerintah dan Pejuang Kemerdakaan Islam Bangsamoro (BIFF),kelompok yang menolak damai.
Sejumlah potongan gambar yang muncul dalam siaran video menujukkan beberapa mayat berseragam berserakan di sawah. "Ini kekalahan terbesar kami," kata Sekretaris Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Lokal, Mar Roxas, dalam jumpa pers.