Kontraktor Malaysia Akui Suap Pejabat Militer AS

Reporter

Editor

Abdul Manan

Jumat, 16 Januari 2015 23:18 WIB

HMS Argyll dan USS Kearsage. REUTERS/Shaun Preston-Royal Navy

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang kontraktor bidang pertahanan Malaysia mengaku bersalah dalam sidang kasus skandal korupsi yang melibatkan pejabat Angkatan Laut Amerika Serikat, Kamis 15 Januari 2015. Ia mengakui bahwa ia menyuap sejumlah pejabat Angkatan Laut dengan uang tunai US$ 500.000, enam orang dengan layanan seks dari pelacur, menginapkannya di hotel mewah, perawatan spa, cerutu Kuba, dan berbagai barang-barang mewah lainnya.

Leonard Glenn Francis, seorang pengusaha yang berhasil mempesona perwira Angkatan Laut saat resupplying kapal mereka di Asia, mengaku tindakannya ini dalam sidang di pengadilan federal di San Diego. Penyuapan yang berlangsung selama satu dekade ini melibatkan perusahaannya yang berbasis di Singapura, Glenn Defense Marine Asia.

Francis mengakui bahwa ia mengakali Angkatan Laut hingga puluhan juta dolar dengan mengenakan biaya atas layanan melebihi dari harga sebenarnya untuk makanan, bahan bakar, dan pelayanan dasar. Lima mantan dan pejabat Angkatan Laut AS telah mengaku bersalah sejauh ini, dan jaksa telah menyatakan dengan jelas mereka menargetkan orang lain juga terlibat dalam kasus ini.

Angkatan Laut AS juga telah melucuti izin keamanan dari dua laksamana, termasuk kepala intelijen angkatan laut, atas dugaan keterlibatan mereka dengan Francis, meskipun mereka belum didakwa dengan kejahatan.

Dikenal di kalangan Angkatan Laut sebagai "Fat Leonard" untuk kegemukannya, Francis, 50, setuju untuk melepaskan US$ 35 juta dana haram dan menghadapi hingga 25 tahun penjara akibat perbuatannya itu. Namun dampak paling parah adalah pada reputasi Angkatan Laut, mengingat begitu banyak perwira yang bisa disuap oleh kontraktor pertahanan asing.

"Hal ini mengejutkan bahwa Leonard Francis mampu membeli integritas pejabat Angkatan Laut dengan tawaran harta benda dan kepuasan pribadi," kata Laura Duffy, jaksa AS untuk Distrik Selatan California, yang kantornya telah memimpin investigasi atas kasus ini. "Dengan mengorbankan kehormatan mereka, petugas ini membantu Francis menipu negara mereka sehingga mengeluarkan puluhan juta dolar. Sekarang mereka akan dimintai pertanggungjawaban."

Investigasi kriminal atas kasus ini berlangsung di delapan negara bagian dan delapan negara Asia, dengan lebih dari 100 agen penegak hukum yang terlibat, kata catatan pengadilan.

Dalam kesepakatan pembelaannya, Francis mengaku bahwa ia dan perusahaannya menipu Angkatan Laut dengan mengenakan biaya yang berlebihan untuk ratusan kunjungan kapal-kapal AS, termasuk kapal selam, di Asia. Untuk memastikan dia tidak tertangkap, ia menghujani pejabat Angkatan Laut dengan berbagai godaan, termasuk makanan mewah, alkohol, tas bermerk, pena, komputer, furnitur, dan miniatur kapal buatan tangan.

Jaksa Federal mengungkapkan dalam sidang Kamis 15 Januari 2015 itu bahwa Francis telah memberikan bukti atas dua pejabat Angkatan Laut yang belum dikenakan dakwaan atas kasus ini: seorang komandan berpangkat letnan dan spesialis kontrak yang namanya belum diumumkan.

Spesialis kontrak yang tidak disebutkan namanya itu adalah seorang pejabat sipil perempuan yang berbasis di Singapura selama 20 tahun. Dia mendapatkan tanggungan untuk semua pengeluaran perjalanannya, yang ia gunakan untuk mengunjungi Bali, Bangkok, Dubai, Turki dan Yunani, menurut kesepakatan pembelaan yang disampaikan Francis. Sebagai gantinya, ia bekerja sebagai wakil untuk Glenn Defense Marine, menyerahkan informasi kontrak eksklusif dan pembelaan atas nama perusahaan itu.

Skandal ini menjadi pengetahuan publik September 2013 ketika agen federal memikat Francis ke sebuah hotel di San Diego dan menangkapnya dalam operasi tanpa tangan.

Angkatan Laut AS mengaku mulai meneliti Francis sejak Mei 2010, tetapi ia berulang kali mampu menggagalkan penyidikan pidana dengan menyuap agen senior di Naval Criminal Investigative Service (NCIS), yang memberinya file rahasia dan membantu untuk menutupi jejaknya.

Meskipun Francis awalnya melawan tuduhan terhadap dirinya, ia setuju untuk bekerja sama dengan jaksa dalam beberapa pekan terakhir. "Hari ini Pak Leonard Francis mengambil tanggung jawab atas tindakannya. Dia berharap untuk ke depan yang lebih baik, "kata Ethan M. Posner, salah satu pengacaranya.

Para pemimpin Angkatan Laut mengutuk perilaku tidak etis dari petugas yang terlibat dalam kasus ini dan telah mengakui bahwa skandal itu bisa meluas dan lebih buruk. Sekretaris Angkatan Laut Ray Mabus berjanji membuat komisi disiplin khusus, yang dipimpin oleh laksamana bintang empat, untuk meninjau tuduhan terhadap personel Angkatan Laut yang berhasil menghindari tuntutan pidana federal tapi mungkin melanggar etika.

"Angkatan Laut memiliki personel dengan standar tertinggi dan mereka yang tak memenuhinya harus bertanggung jawab," kata Laksamana Dawn Cutler, Juru bicara Angkatan Laut, dalam sebuah pernyataan. "NCIS mengungkap kegiatan kriminal yang terkait dengan kasus ini dan terus bekerja sama dengan Departemen Kehakiman."

Beberapa jam sebelum Francis mengaku bersalah dalam sidang Kamis, jaksa federal berhasil meyakinkan seorang kapten Angkatan Laut, Daniel Dusek, untuk buka mulut. Dia mengaku mengungkapkan rahasia militer ke Francis dan perusahaannya dalam pertukaran untuk layanan prostitusi, uang tunai, dan kunjungan ke hotel mewah di Hawaii, Hong Kong dan Filipina.

Menurut salinan pengakuannya, Dusek memberikan informasi rahasia tentang jadwal puluhan kapal AL AS berulang kali kepada Glenn Defense Marine, yang mendapatkan kontrak senilai lebih dari $ 200 juta untuk memasok kapal Angkatan Laut di seluruh Asia. Pengacara Dusek, Douglas L. Applegate, tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar soal pengakuan ini.

Angkatan Laut mengumumkan pada bulan Oktober 2013 bahwa mereka telah membebaskan Dusek dari jabatannya karena diduga terlibat dalam skandal ini. Namun penampilannya di pengadilan federal dalam sidang Kamis itu adalah tanda pertama bahwa ia telah berada di bawah investigasi kriminal.

Menurut catatan pengadilan, pada bulan Oktober 2010, Dusek membujuk Angkatan Laut untuk mengirim sebuah kapal induk, USS Abraham Lincoln, dan kelompok kapal penyerang untuk mengunjungi pelabuhan di Malaysia yang sebagian besar dikuasai oleh Glenn Defense Marine. Akibatnya, perusahaan itu dapat dengan mudah mengelembungkan tagihan dan menjual terlalu mahal kepada Angkatan Laut untuk berbagai layanan.

Dusek, yang kemudian bekerja sebagai wakil direktur operasi untuk Armada ke-7, menyediakan kontraktor asal Malaysia itu dengan informasi rahasia tentang pergerakan kapal-kapal AS dalam puluhan kesempatan, yang itu membantu perusahaan itu mengakali Angkatan Laut dengan tagihan tinggi selama kunjungannya ke pelabuhan Asia. Francis menghargai kontribusi besar itu sehingga ia menyebut Dusek sebagai "aset emas".

WASHINGTON POST | ABDUL MANAN

BERITA LAINNYA
Kritik Charlie Hebdo, Paus: Jangan Hina Keyakinan
Pendukung ISIS Retas Akun FB Maskapai Korea Utara
Cina Tangkap 60.500 Orang yang Terlibat Narkoba
Teror Guncang Belgia, Dua Terduga Teroris Tewas
Boko Haram Bikin Chad dan Kamerun Turun Tangan

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya