Eks Pegawai CIA Diadili karena Bocorkan Rahasia

Reporter

Editor

Abdul Manan

Rabu, 14 Januari 2015 23:46 WIB

Lambang Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika, yang terdapat di Lobi Markas Besar CIA di Langley. cia.gov

TEMPO.CO, Virginia - Departemen Kehakiman Amerika Serikat, Selasa 13 Januari 2015, maju terus dengan penuntutan terhadap mantan pejabat badan intelijen negara ini, Central Intelligence Agency (CIA), Jeffrey Sterling. Sidang ini digelar setelah sehari sebelumnya jaksa menyatakan tidak akan memaksa reporter New York Times untuk bersaksi di persidangan.

Sterling dituduh mengungkapkan operasi rahasia Amerika Serikat untuk menghentikan program nuklir Iran. Rincian dari upaya itu termasuk dari sejumlah informasi yang ada dalam buku tahun 2006, berjudul "State of War," yang ditulis oleh James Risen, reporter suratkabar New York Times.

Dalam upaya untuk memaksa Risen bersaksi dalam tujuh tahun terakhir, Departemen Kehakiman AS menegaskan bahwa keterangannya sangat penting untuk kasus mereka. Tetapi, adanya tekanan dari asosiasi jurnalis dan advokat membuat Jaksa Agung Eric Holder H. Jr sepakat untuk tidak memaksa Risen untuk mengungkapkan sumber informasinya. Ini menyebabkan pemerintah harus membuktikan kasus ini dengan dasar saksi yang tidak langsung.

James Risen, reporter New York Times, akhirnya tidak akan dipanggil untuk bersaksi di sidang pembocoran rahasia ini. Kepastian ini mengakhiri pertarungan hukum yang panjang tentang apakah ia bisa dipaksa untuk mengungkapkan nama sumbernya. Jaksa Agung Eric Holder H. Jr mengatakan, "Selama saya Jaksa Agung, tidak ada wartawan yang melakukan tugasnya akan masuk penjara."

Dalam membuka argumen di Pengadilan Distrik Federal, Selasa waktu setempat, jaksa mengatakan bahwa banyak informasi yang diterbitkan Risen tentang operasi Iran hanya diketahui Sterling, yang mereka gambarkan sebagai pegawai yang tidak puas karena CIA menolak untuk menyelesaikan gugatan diskriminasi yang ia ajukan. Mereka mengatakan Sterling menyebabkan kerusakan besar dengan pembocoran rahasia itu. "Dia memukul balik dengan satu-satunya senjata yang dia punya: rahasia," kata James L. Trump, salah satu jaksa penuntut.

Edward B. MacMahon, pengacara Sterling, menyebut kliennya sebagai whistle blower dan menyebut dakwaan ini sebagai balasan atas gugatan diskriminasi yang diajukan Sterling. Pengungkapam ini juga memicu pertanyaan soal bagaimana pengawasan Kongres terhadap operasi menghadapi nuklir Iran.

MacMahon mengatakan, Risen memiliki banyak sumber, dan menyatakan bahwa bisa saja informasi itu diberikan pejabat CIA lainnya atau staf Capitol Hill (kantor Senat dan Kongres AS). "Kecurigaan ini, didukung oleh adanya kemarahan, dan fakta bahwa CIA membenci Sterling," kata MacMahon, menggambarkan apa yang dia katakan sebagai dasar dari penuntutan kasus ini oleh pemerintah.

Kasus Sterling ini adalah yang terbaru dalam serangkaian tuntutan terhadap mantan pejabat dan kontraktor yang diajukan oleh pemerintahan Obama karena membocorkan masalah keamanan nasional dengan wartawan. Eks pehgawai CIA lainnya yang sudah terjerat kasus serupa dan kini suda di penjara adalah John Kiriakou, serta dua mantan kontraktor pemerintah, Donald Sachtleben dan Stephen Kim.

Chelsea Manning, prajurit swasta Angkatan Darat yang sebelumnya dikenal sebagai Bradley Manning, kini dipenjara karena memberikan dokumen-dokumen rahasia kepada WikiLeaks. Thomas A. Drake, mantan pejabat di intelijen sinyal AS, National Security Agency (NSA), mengaku bersalah atas pelanggaran ringan dan terhindar dari hukuman penjara. Dan yang paling menonjol adalah Edward J. Snowden, mantan kontraktor NSA yang mengunduh ribuan dokumen rahasia NSA, dan kini di Rusia untuk menghindari tuntutan pidana.

Gedung Putih membela tindakan keras ini dan menyatakan kebocoran rahasia membahayakan keamanan nasional. Wartawan mengatakan penuntutan-penuntutan itu membuat lebih sulit untuk meliput isu keamanan nasional di luar dari apa yang dirilis dalam laporan resmi. Sebab, cerita yang paling eksplosif dari perang melawan terorisme -penyadapan tanpa surat perintah, pengperasian penjara rahasia, waterboarding, serangan pesawat tak berawak- semuanya mengandalkan pengungkapan tanpa izin dari orang dalam kepada wartawan.

Dua belas anggota juri dan dua pengganti, akan mendengar pemaparan kasus dalam pengadilan yang diperkirakan akan berlangsung tiga minggu. Jaksa merilis daftar saksi yang akan dihadirkan, termasuk Condoleezza Rice, mantan penasehat keamanan nasional presiden george Bush, serta beberapa agen lapangan CIA yang akan bersaksi di belakang layar dan mengungkapkan hanya nama pertama mereka dan inisial terakhir.

Rice diharapkan akan bersaksi tentang upaya Gedung Putih untuk mencegah New York Times menerbitkan sebuah artikel oleh Risen pada tahun 2003 di mana ia akan mengulas soal operasi CIA melawan nuklir Iran. Dalam pertemuan dengan Risen dan Jill Abramson, kepala biro Washington New York Times saat itu, para pejabat AS berpendapat bahwa publikasi berita itu akan membahayakan keamanan nasional.

New York Times sepakat untuk tidak mempublikasikan informasi tersebut, keputusan yang belakangan disesali oleh Abramson. Risen memasukkan informasi-informasi itu dalam bukunya yang terbit sekitar tiga tahun sesudahnya: State of War.

Dalam program CIA yang dijelaskan dalam buku State of War itu, intelijen AS menggunakan mantan ilmuwan nuklir Uni Soviet, yang memiliki nama sandi Merlin, dan mencoba menyerahkan cetak biru untuk komponen nuklir ke Iran. Cetak biru yang sengaja dibuat cacat itu, yang diharapkan CIA akan menyebabkan Iran menginvestasikan waktu dan uang dalam sebuah proyek yang ditakdirkan untuk gagal. Buku Risen itu menunjukkan bahwa cacat itu dengan mudah ditemukan, fakta yang juga diperdebatkan pemerintah.

Jaksa Trump mengatakan bahwa Sterling adalah satu-satunya orang yang mengangkat soal ini, yang itu ada dalam buku Risen itu. Soal ini juga yang memperkuat keyakinan bahwa Sterlinga dalah sumber dari informasi yang diterima Risen itu. Jaksa juga mengatakan, mereka memiliki data email dan catatan telepon yang membuktikan bahwa Sterling dan Risen berkomunikasi.

New York Times | Abdul Manan

Berita Lainnya
ISIS Rilis Video Anak Kecil Eksekusi 'Intel Rusia'
ASEAN Literary Festival digelar 15-22 Maret 2015
Rekaman Terbaru Penembakan Charlie Hebdo Beredar
Sudah 5 Ribu Warga Eropa Bertempur untuk ISIS
Charlie Hebdo Cover Nabi Muhammad Laris Terjual


Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya