Tentara perempuan dari batalion Karakal menandu rekannya saat pawai kelulusan dekat perbatasan Israel-Mesir, Azoz, Israel (3/9). Percampuran gender di pasukan batalion Karakal dibentuk pada 2004 yang berbasis di padang pasir Negev di perbatasan dengan Mesir dan Yordania. Ilia Yefimovich/Getty Images
TEMPO.CO, Kairo - Sejumlah pria tak beridentitas membunuh sedikitnya lima tentara dan polisi Mesir, Kamis, 13 November 2014, dalam dua serangan terpisah di Sinai utara.
Menurut petugas keamanan dan medis, serangan itu dilakukan saat tiga serdadu Mesir melakukan perjalanan dengan sebuah taksi di dekat Sheikh Zuweid. "Ketiganya diserang dan ditembak," kata sumber Reuters. Dalam serangan terpisah di Rafah, kawasan berbatasan dengan Jalur Gaza, beberapa pria bersenjata menghentikan sebuah mobil yang membawa dua polisi. "Keduanya dibunuh."
Milisi telah membunuh ratusan tentara dan polisi, hampir semuanya di Sinai, sejak militer menjatuhkan Presiden Muhammad Mursi, Juli 2013, menyusul unjuk rasa melawan kepemimpinannya. Sejak itu, militer menyatakan negara dalam keadaan darurat selama tiga bulan setelah 33 anggota pasukan keamanan tewas dalam dua serangan.
Kelompok militan paling aktif di Mesir, Ansar Bayt al-Maqdis, pekan ini bersumpah akan setia kepada Negara Islam, cabang Al-Qaidah, yang berhasil merebut sebagian wilayah Suriah dan Irak.