Pengunjung duduk menikmati taman buatan di Bandara Changi, Singapura, Senin (9/12). TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Yangon - Konsorsium dari Singapura akhirnya memenangi tawaran senilai US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 16,5 triliun untuk membangun bandara internasional kedua di Yangon, Myanmar. Bandara ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pendatang secara drastis ke negara itu.
Konsorsium pemenang, yang meliputi anak perusahaan rancang bangun dan konstruksi Bandara Changi di Singapura, akan membangun Bandara Internasional Hanthawaddy dan siap dioperasikan pada 2019. Saat ini pihak konsorsium akan segera bernegosiasi dengan Departemen Penerbangan Sipil Myanmar untuk menyelesaikan rincian kerja sama. (Baca: Indonesia-Myanmar Sepakat Bebas Visa Paspor Biasa)
"Kami bermaksud menjadi pintu gerbang utama untuk rute transit dan kargo. Kami berada di tengah ambisi Myanmar untuk meningkatkan kapasitas penumpang sebagai yang diharapkan akan mendongkrak jumlah wisatawan," kaya Win Swe Tun, Direktur Jenderal Departemen Penerbangan Sipil Myanmar, seperti dilaporkan Channel News Asia, Kamis, 30 Oktober 2014.
Bandara Internasional Hanthawaddy akan dibangun sekitar 80 kilometer dari timur laut pusat Kota Yangon. Bandara ini diperkirakan bisa menampung 12 juta penumpang per tahun. Adapun Bandara Internasional Yangon hanya mampu menampung 3,7 juta penumpang per tahun pada 2013.
Jumlah turis ke Myanmar memang terus meningkat setelah negara tersebut mulai terbuka pada 2012. Myanmar berharap bisa merebut kembali statusnya sebagai pusat regional udara di Asia Tenggara.
Bandara Internasional Yangon adalah salah satu bandara modern di Myanmar selama lebih dari enam dekade. Namun Myanmar mulai kehilangan pamor sejak militer berkuasa di sana.