Warga Yahudi berteriak pada wanita Palestina saat masyarakat muslim dilarang masuk Masjid Al Aqsa, Yerusalem, 15 Oktober 2014. Muslim dilarang memasuki masjid Al Aqsa saat perayaan Sukkot bagi para Yahudi. Salih Zeki Fazlioglu/Anadolu Agency/Getty Images
TEMPO.CO, Yerusalem - Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya'alon kabarnya akan menerapkan kebijakan yang cukup ketat, yakni melarang warga Israel dan Palestina berada dalam satu bus yang sama menuju ke Tepi Barat. Ya'alon menjelaskan keputusan ini dibuat untuk alasan keamanan.
"Warga Palestina hanya boleh ke Tepi Barat melalui pos pemeriksaan Eyal di dekat Qalqilya, keluar dari jalan utama permukiman," kata Ya'alon kepada para pemimpin permukiman tempat kebijakan itu akan berlaku, tulis harian Haaretz yang dikutip Times of Israel, Ahad, 26 Oktober 2014.
Pekerja Palestina di Tepi Barat harus melewati Eyal sebelum memasuki Israel. Barulah saat akan pulang, warga Palestina boleh naik bus yang sama dengan warga Israel dari pos pemeriksaan di mana saja. (Baca: Akhirnya, Warga Gaza Diizinkan ke Masjid Al-Aqsa)
Kebijakan tersebut dianggap diskriminasi ras oleh B'Tselem, sebuah organisasi non-pemerintah di Israel. Pihak Israel Defense Force juga menilai pemisahan dengan alasan keamanan ini tidak perlu dilakukan karena semua warga Palestina dari Tepi Barat pasti akan diperiksa ketat di pos pemeriksaan.
Keputusan ini juga dikecam sejumlah pejabat hukum di Israel. Jaksa Agung Yehuda Weinstein meminta Ya'alon menjelaskan kebijakan ini dengan alasan yang sebenar-benarnya. "Kebijakan ini sama saja dengan pengucilan ras," kata Weinstein. (Baca: Gerakan Nonblok Didesak Boikot Produk Israel)
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.