TEMPO.CO, Jakarta - Pada 20 Oktober 2014, Indonesia secara resmi telah memiliki pemimpin baru. Joko Widodo terpilih sebagai presiden ketujuh Indonesia menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. (Baca: Jokowi Jadi Cover Majalah Time)
Terpilihnya Jokowi, sapaan Joko Widodo, menjadi sorotan dunia internasional. Memimpin negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Jokowi dinilai majalah Time memiliki lima tantangan utama dalam menjalankan pemerintahannya kelak. Di bawah ini lima tantangan yang akan dihadapi Jokowi, seperti dilaporkan Time, Senin, 20 Oktober 2014. (Baca: Apa Kata Media Asing Soal Pelantikan Jokowi?)
1. Kesemrawutan Politik Meski secara sah menjadi orang nomor satu di negeri ini, sebagian besar kursi parlemen diisi oleh Koalisi Merah Putih yang dipimpin Prabowo Subianto. Alih-alih menyuarakan suara rakyat, para anggota Dewan dikhawatirkan akan ditunggangi oleh kepentingan golongan tertentu yang bisa mengganggu pemerintahan Jokowi. Pria asal Solo ini harus mampu menyusun strategi untuk menghindari terjadinya kudeta legislatif.
2. Perlambatan ekonomi Dengan memudarnya ledakan komoditas, pertumbuhan tahunan yang hanya mencapai 6% terlihat lebih sulit untuk dipertahankan. Jokowi menjanjikan pertumbuhan 7% pada tahun 2018 dengan memindahkan Indonesia ke atas rantai nilai serta meningkatkan logistik dan posisi negara kepulauan terbesar di dunia sebagai pusat transportasi global.
3. Ekstremisme agama Sejak serangan bom menghancurkan Hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton Jakarta pada 2009, Indonesia tidak mengalami serangan teroris besar lainnya. Namun, hanya dengan satu serangan bom lagi saja, kepercayaan bahwa Indonesia telah menekan gelombang ekstremis bisa memudar.
4. Birokrasi Kotor Jokowi telah mengambil hati rakyat dengan gerakan anti-korupsinya selama menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Dengan gebrakannya, ia mampu membersihkan birokrasi daerah yang terkenal kotor. Namun, apakah hal ini mampu ia terapkan di setiap tingkat pemerintahan saat menjadi presiden?
5. Rasisme Saat menjabat sebagai Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi memilih pemimpin yang kebetulan berbeda keyakinan dengannya. Apalagi saat memimpin Jakarta. Jokowi memilih seorang beretnis Tionghoa penganut Kristen, Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal dengan Ahok, sebagai wakilnya. Etnis Tionghoa sering kali menderita karena diskiminasi ras di negeri ini. Meskipun Indonesia diakui sebagai negara yang menjunjung tinggi keanekaragaman suku, agama, dan ras, kelompok hak asasi khawatir kepemimpinan Jokowi akan dihantui dengan peningkatan intolerasi etnis dan agama.