Ekspresi anak-anak pengungsi Suriah yang gembira saat menonton penampilan badut dari "Clowns Without Borders" di Kamp Pengungsian di Chtoura, Bekaa valley, Lebanon (66/6). AP/Bilal Hussein
TEMPO.CO, London - Konflik kekerasan berkepanjangan di Suriah, dari perang saudara sejak tiga tahun lalu hingga gempuran milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), telah menyebabkan tiga juta anak-anak di Suriah tidak bersekolah.
Padahal, menurut sebuah badan amal internasional, Save the Children, sebelum perang saudara terjadi, Suriah merupakan salah satu negara dengan tingkat pendaftaran sekolah tertinggi di dunia.
Namun, sejak perang berkecamuk, Suriah merosot menjadi salah satu negara terburuk dari sisi jumlah anak yang sekolah. Di Aleppo, misalnya, kini hanya sekitar 6 persen anak-anak yang bersekolah. (Baca: 50 Ribu Anak Pengungsi Suriah Jadi Pekerja)
“Sangat memprihatinkan. Kewajiban melindungi sekolah tidak dihargai dalam perang ini. Dan ini membahayakan bagi anak-anak,” kata Roger Hearn, Direktur Save the Children, kepada BBC, Kamis, 18 September 2014.
Badan amal yang bermarkas di London ini mengatakan 3.465 sekolah atau seperlima dari gedung sekolah di negara itu hancur, rusak, atau digunakan untuk tujuan militer. (Baca: Jet Suriah Gempur Sekolah, 47 Tewas)
Tak hanya itu, anak-anak juga mengalami trauma akibat perang ini, sehingga kesulitan mengingat pelajaran. Laporan itu memperingatkan bahwa satu generasi anak-anak Suriah akan hilang bila masyarakat internasional tidak segera turun tangan. (Baca: PBB: Anak-anak Suriah Alami Perkosaan)