Wartawan Amerika James Foley saat meliput perang sipil di Aleppo, Suriah. Foto ini diunggah situs freejamesfoley.org setelah tersiar kabar ia menghilang di Suriah pada November 2012 . AP/freejamesfoley.org, Nicole Tung
TEMPO.CO, Washington - Sebelum akhirnya memenggal kepala James Foley, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)--yang kini menyebut diri mereka Negara Islam (Islamic State/IS)--disebut pernah meminta tebusan untuk pembebasannya kepada keluarganya dan GlobalPost, media yang berbasis di Amerika Serikat tempat Foley bekerja sebagai wartawan. (Baca: ISIS Rilis Video Pemenggalan Wartawan AS)
Mengutip laporan International Bussines Times, Kamis, 21 Agustus 2014, CEO GlobalPost Philip Balboni mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa ISIS meminta tebusan sebesar 100 juta euro.
Balboni tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana GlobalPost merespons tuntutan itu. Namun ia menuturkan komunikasi antara ISIS dan GlobalPost perihal tuntutan tersebut ia teruskan kepada pihak berwenang. Dan, menurut The New York Times, AS menolak membayar uang tebusan itu. (Baca: Kasus Wartawan Foley, Obama: ISIS seperti Kanker)
Video pemenggalan Foley dirilis di YouTube pada Selasa, 19 Agustus 2014. Dalam video tersebut, terlihat Foley sedang berlutut di samping seorang pria berpakaian hitam. Ia kemudian dipenggal setelah kelompok militan itu mengutarakan desakan mereka kepada AS untuk menarik pasukan dari Irak.
Pria berusia 40 tahun itu dilaporkan menghilang pada 22 November 2012 saat bertugas untuk GlobalPost di Suriah bagian barat laut, dekat perbatasan dengan Turki. Foley juga pernah ditangkap di Libya pada April 2011 bersama tiga wartawan lain. Ia kemudian dibebaskan enam minggu kemudian.