George Clooney dikabarkan telah mengencani Amal Alamuddin sejak Oktober 2013. Sebuah sumber mengamini mengamini kabar pertunangan keduanya kepada majalah People. Raymond Hall/GC Images
TEMPO.CO, New York - Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk panel yang terdiri atas tiga pakar untuk menyelidiki kejahatan perang dan pelanggaran HAM yang mungkin dilakukan oleh Israel dan Palestina selama konflik baru-baru ini di Jalur Gaza. Salah satu anggota yang ditunjuk adalah pengacara hak asasi manusia berdarah Inggris-Libanon, Amal Alamuddin.
Namun, wanita yang dikenal sebagai kekasih aktor Hollywood, George Clooney, ini menyatakan ia tak bersedia bergabung. "Saya dihubungi oleh PBB tentang ini untuk pertama kalinya pagi ini. Saya merasa terhormat untuk menerima tawaran itu. Akan tetapi, mengingat komitmen yang ada, sayangnya saya tidak bisa menerima peran ini," katanya. (Baca: Clooney Bantah Pernikahannya dengan Amal Tak Direstui)
Ia berharap rekan-rekannya akan bersedia bergabung dengan panel itu. Alamuddin mengatakan ia merasa ngeri dengan situasi di Jalur Gaza, terutama terkait korban sipil. "Saya sangat percaya bahwa harus ada penyelidikan independen dan pertanggungjawaban atas kejahatan yang telah dilakukan," katanya.
Seorang profesor hukum internasional Kanada, William Schabas, akan memimpin panel itu. Doudou Diene, pengacara Senegal yang sebelumnya telah bekerja sama dengan PBB pada banyak kasus, juga bergabung dalam panel.
Tim akan melihat "semua pelanggaran hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional dalam konteks operasi militer yang dilakukan sejak 13 Juni 2014" dan menyajikan laporan Maret 2015, menurut PBB. (Baca: Israel Serang Universitas di Gaza)
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon menuduh Israel melanggar hukum internasional, antara lain dengan menyerang situs PBB di Gaza. PBB juga telah mengklaim pasukan Hamas di Gaza melanggar hukum internasional serta dengan tanpa pandang bulu meluncurkan roket ke Israel.
Konflik sejauh ini telah menelan korban jiwa hampir 2.000 warga Palestina dan 67 orang Israel.
