Anak laki-laki Palestina memanjat besi dengan api dibawahnya saat latihan semi militer yang diselenggarakan oleh Hamas di Rafah Jalur Gaza, Palestina, 9 Juni 2014. (Abed Rahim Khatib/Getty Images)
TEMPO.CO, Yerusalem - Temuan tiga jenazah remaja membuat kondisi Israel dan Palestina semakin memanas. Selang beberapa jam setelah pemakaman, seorang remaja Palestina bernama Mohammad Abu Khieder dinyatakan hilang dan diduga tewas dalam aksi penculikan Selasa pagi saat hendak masuk masjid di sektor kota Arab di Yerusalem.
"Saya menuntut pemerintah Israel menghukum pembunuh jika ingin tercipta kedamaian antara rakyat Palestina dengan Israel," kata Presiden Palestina Mahmoud Abbas, seperti dilaporkan Washington Post, Rabu, 2 Juli 2014.
Polisi Israel sudah mengkonfirmasi bahwa mereka menemukan mayat di Yerusalem Barat. Akan tetapi, belum ada pernyataan resmi apakah benar itu Khieder atau bukan. Menteri Keamanan Umum Yitzhak Aharonovicth menegaskan ada hubungan antara pemuda yang hilang dengan tubuh yang ditemukan.
Seorang saksi mata menjelaskan ia melihat Kheider dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil yang dijaga oleh tiga warga Israel di Yerusalem Timur. Namun, saksi itu juga tidak tahu apakah memang Kheider yang tewas dalam hutan. (Baca: Israel Tembak Mati Dua Remaja Palestina)
Di lain pihak, ayah Khieder kini tengah melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa itu adalah anaknya. Proses otopsi juga masih berlangsung untuk mencari penyebab kematian yang sebenarnya.
Sebelumnya, tiga remaja Israel: Natfali Frenkel, Gilad Shaar, dan Eyal Yifrach di Modiin, ditemukan tewas di Halhul di utara Hebron, Palestina. Remaja ini kemudian dimakamkan bersama di Modiin pada Selasa waktu setempat. Pejabat Israel menduga kekejaman itu dilakukan oleh militas Palestina, Hamas.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.