Remaja kaum yahudi ultra-ortodoks di wilayah Bratslav Hasidic dekat perbatasan Jalur Gaza, bermain-main di atas tank Israel pada masa gencatan senjata, Kamis (22/11). AP Photo/Tsafrir Abayov
TEMPO.CO, Yerusalem – Naftali Frenkel menjadi satu dari tiga remaja yang diculik di Tepi Barat Israel pada Kamis malam, 12 Juni 2014. Bersama Eyal Yifrach dan Gil-ad Sha'er, keberadaan Naftali belum diketahui hingga kini.
Sang ibu, Racheli Frenkel, telah menyampaikan pesan emosional kepada anaknya dan mengatakan bahwa pihak berwenang telah melakukan segala sesuatu untuk membawa siswa-siswa sekolah agama di Kgfar Etzion ini pulang. (Baca: Tiga Remaja Israel Saat Pulang Sekolah)
“Ayah dan ibu dan semua saudara mencintaimu sampai akhir, dan kamu harus tahu bahwa orang-orang Israel telah melakukan segala hal untuk membawamu pulang,” kata Racheli seperti dikutip Daily Mail, Senin, 16 Juni 2014.
Tak hanya mengerahkan pasukan keamanan Israel, pencarian Naftali yang memiliki kewarganegaraan Israel dan Amerika Serikat itu juga turut mendapat bantuan dari Kedutaan AS di Tel Aviv.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas, Gerakan Pertahanan Islam Palestina yang menguasai Jalur Gaza, bertanggung jawab atas penculikan ini. Otoritas keamanan Israel telah menangkap lebih dari seratus warga Palestina yang sebagian besar merupakan anggota Hamas untuk penyelidikan. (Baca: Tiga Remaja Diculik, Israel Salahkan Hamas)
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.