TEMPO.CO, Riyadh - Otoritas Kesehatan Arab Saudi mengumumkan dua kematian lagi akibat virus corona Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan 16 kasus baru terdeteksi, Kamis, 1 Mei 2014.
Seorang pria berusia 41 tahun di Kota Tabuk dan seorang warga Riyadh berusia 88 tahun menambah jumlah korban menjadi 107 orang sejak penyakit tersebut terdeteksi September 2012.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengatakan dalam 24 jam terjadi 16 kasus baru sehingga total kasus yang didiagnosis di negara itu menjadi 361. Dari 16 kasus baru, tujuh terjadi di Riyadh, tiga di Jeddah, dua di Tabuk, dan masing-masing satu di Mekah, Madinah, Najran, dan Hafr Al-Batin.
Sebagian besar kasus baru terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun dan menderita penyakit lain, seperti jantung kronis, darah tinggi, dan diabetes.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selain Arab Saudi, kasus lainnya dilaporkan terjadi di Timur Tengah, antara lain Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Di Eropa antara lain Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris, dan Irlandia Utara. Di Afrika Utara baru Tunisia, dan di Asia terdapat di Malaysia dan Filipina.
Menurut WHO, hingga kini sumber dan cara penularan virus MERS belum diketahui. “Sekitar 75 persen kasus baru adalah kasus kedua, artinya mereka tertular dari manusia lainnya,” kata Direktur WHO Kawasan Mediterania Timur Dr Ala Alwan. “Mayoritas kasus kedua terinfeksi dalam perawatan kesehatan, khususnya pekerja kesehatan, melalui para pasien yang diduga mengidap MERS-CoV.”
Keprihatinan publik atas penyebaran MERS meningkat awal bulan ini setelah sedikitnya empat dokter di Rumah Sakit King Fahd, Jeddah, mengundurkan diri dan menolak merawat pasien karena khawatir tertular.
Virus MERS dianggap lebih mematikan. Namun penularannya tidak secepat virus SARS yang terjadi di Asia tahun 2003 dan menjangkiti 8.273 orang, sembilan persen di antaranya meninggal dunia.
Hingga kini belum ada vaksin atau pengobatan antiviral untuk MERS, yang memiliki angka kematian atau mortalitas lebih dari 40 persen. (Baca: Ilmuwan Klaim Temukan Penangkal Penyakit MERS)
Dr Jawad Mahjour, Kepala Delegasi WHO dan Direktur Divisi Pengendalian Penyakit Menular Kantor WHO Kawasan Mediterania Timur, menjelaskan bahwa memerangi dan menumpas virus corona menjadi prioritas utama saat ini. Namun belum perlu menyatakan corona sebagai epidemik.
“WHO juga tidak merekomendasikan larangan bepergian di dalam maupun di luar Kerajaan Arab,” kata Mahjour.
CHANNEL NEWS ASIA | ARAB NEWS | NATALIA SANTI
Berita Terpopuler:
Jagal Tangerang Bantai 3 Orang Dalam Sejam
Usai Makan Bersama, Jagal Tangerang Beraksi
Ini Pemicu Jagal Tangerang Habisi Sekeluarga
Dikabarkan Masuk Islam, Sophia Latjuba: Sudahlah..
Setelah Membantai, Jagal Tangerang Gasak Uang