Anggota keluarga korban tenggelamnya kapal feri Sewol, saat berada di pelabuhan Jindo (17/4). Cuaca buruk menghambat pencarian diman lebih dari 280 penumpang masih dinyatakan hilang. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
TEMPO.CO,Ansan - Penyelam terus menelusuri laut yang gelap dan dingin di lepas pantai Jindo untuk menemukan korban feri Sewol yang diperkirakan masih terjebak di dalamnya. Hingga kini, 150 korban ditemukan tewas, mayoritas adalah siswa SMA Danwon.
Tragisnya, kebanyakan mayat itu ditemukan dengan kondisi jari-jari yang patah. Tim penyelamat menduga jari itu patah karena mereka berusaha mati-matian untuk menyelamatkan diri saat kapal mulai karam. Kepada media lokal, tim penyelam menjelaskan, mereka banyak menemukan tubuh anak-anak dengan jari-jari patah di sekitar kabin, koridor, dan dek feri Sewol yang terbalik.
"Kami dilatih untuk bertahan di lingkungan yang susah, tapi sangat sulit dan cukup mengerikan bagi kami untuk menemukan mayat di dalam air yang sangat keruh," kata seorang penyelam, Hwang Dae-sik, dalam acara pemakaman 25 korban di Seoul, Korea Selatan, seperti dilaporkan Daily Mail, Kamis, 24 April 2014.
Juru bicara tim penyelamat, Koh Myung-seok, mengatakan pekerjaan para penyelam menjadi lebih sulit ketika mereka harus menerobos dinding kabin untuk mengambil mayat. "Sebagian besar mayat ditemukan di ruang tunggu lantai tiga dan empat feri. Sepertinya sebelum kapal itu karam mereka dikumpulkan di situ," kata Koh.
Sejauh ini, 150 orang telah dinyatakan tewas sementara 152 lainnya masih hilang. Sejumlah orang kini sedang menggelar upacara berskala nasional untuk menghormati para korban di SMA Danwon, Ansan, sebelah selatan Kota Seoul. Mereka yang datang membawa bunga krisan putih untuk diletakkan di bawah foto korban yang meningggal.