TEMPO.CO, Paris - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendesak Rusia untuk tidak melakukan intervensi atas aksi para demonstran merebut gedung-gedung pemerintah Ukraina. Sekretaris Umum NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan, jika terus mencampuri urusan Ukraina, Rusia sama saja seperti melakukan sebuah "kesalahan sejarah". Karena itu, NATO meminta Rusia "mundur" setelah kubu pro-Kremlin merebut gedung-gedung pemerinta di beberapa kota di wilayah timur Ukraina.
"Saya mendesak Rusia untuk mundur dan tidak semakin meningkatkan ketegangan situasi di Ukraina timur," kata Rasmussen dalam sebuah seminar bertajuk "Transformasi NATO" di Paris, Selasa, 8 April 2014.
Dia juga meminta Rusia tidak campur tangan lebih lanjut dalam situasi di Ukraina jika tidak ingin membuat catatan kesalahan bersejarah. "Ini akan memiliki konsekuensi serius bagi hubungan kita (NATO) dengan Rusia dan selanjutnya akan berdampak isolasi Rusia dari dunia internasional."
Pada Ahad lalu, demonstran pro-Rusia merebut gedung-gedung pemerintah di tiga kota di wilayah timur Ukraina, yaitu Kharkiv, Luhansk, dan Donetsk. Mereka menuntut referendum seperti Crimea, yang dianeksasi oleh Rusia.
Rasmussen mengatakan terlalu dini untuk merespons militer Rusia yang bisa saja bergerak ke wilayah timur Ukraina, namun NATO mendesak Moskow untuk menarik kembali "puluhan ribu tentara" yang telah bersiaga di perbatasan Ukraina.
"Kami memiliki rencana-rencana untuk memastikan pertahanan dan perlindungan sekutu kami berlangsung efektif," katanya. Dia menambahkan, "Sudah jelas bahwa situasi keamanan yang berkembang di Ukraina dan sepanjang perbatasannya membuat kami perlu meninjau rencana pertahanan dan melihat bagaimana kami bisa memperkuat pertahanan kolektif."
Dia menyatakan saat ini NATO sedang meninjau ulang perjanjian kerja sama dengan Rusia pada 1997 dan deklarasi yang ditandatangani oleh para pemimpin Rusia dan NATO di Roma tahun 2002. Menteri luar negeri masing-masing anggota NATO akan memutuskan tinjauan ulang tersebut pada Juni mendatang.
THE STRAITS TIMES | REUTERS | ROSALINA
Berita terkait
Ukraina Buat Daftar Pria Tidak Bertanggung Jawab, Apa Maksudnya?
8 Februari 2018
Ukraina membuat daftar elektronik nama-nama pria yang tidak bertanggung jawab menafkahi anaknya.
Baca SelengkapnyaGudang Senjata Meledak di Ukraina, 30 Ribu Warga Dievakuasi
13 November 2017
Gudang senjata di Ukraina meledak, menyebabkan satu orang perempuan cedera.
Baca SelengkapnyaGudang Senjata Terbesar Ukraina Meledak, 30 Ribu Orang Dievakuasi
27 September 2017
Sebelumnya, gudang senjata Ukraina juga meledak pada Maret lalu.
Baca SelengkapnyaUkraina Jadi Tuan Rumah Kontes Lagu Eropa Eurovision-2017
8 Mei 2017
Menurut Kedutaan Besar Ukraina, negaranya tetap akan mengadakan kontes Eurovision-2017, di tengah perang "hibrid" dengan Rusia.
Baca SelengkapnyaPutri Pejabat Digigit Anjing Jadi Gunjingan di Media Sosial
8 Mei 2017
Putri seorang pejabat Ukraina berusia 6 tahun digigit anjing di wilayah Krimea, yang dicaplok Rusia.
Baca SelengkapnyaAnak Pejabat Ukraina Naik Helikopter ke Sekolah Dikritik Netizen
21 Maret 2017
Mantan pejabat tinggi di Kementerian Olahraga Ukraina menuai kritik di media sosial setelah mengantar anaknya ke sekolah menggunakan helikopter.
Baca SelengkapnyaPerang Ukraina Lawan Pemberontak, Warga Hidup tanpa Listrik
5 Februari 2017
Bentrok senjata antara pasukan pemerintah dan pemberontak pro-Rusia mengakibatkan kerusakan infrastruktur.
Baca SelengkapnyaPresiden Ukraina Klaim 54 Persen Rakyat Ingin Gabung NATO
2 Februari 2017
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko mengklaim 54 persen rakyatnya ingin Ukraina bergabung dengan NATO.
Baca SelengkapnyaUkraina-Rusia Perang Terbuka, 13 Orang Tewas
2 Februari 2017
Ukraina dan Rusia terlibat perang terbuka di perbatasan, 13 orang tewas.
Baca SelengkapnyaUkraina Sita Peluru Kendali Buatan Rusia untuk Iran
24 Januari 2017
Ukraina menyita pesawat kargo berisi peluru kendali anti-tank buatan Rusia yang akan diterbangkan ke Iran.
Baca Selengkapnya