Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menaiki perahu menuju pangkalan pertahanan Korea Utara di pulau Wolnae, dekat perbatasan Korea Utara Utara dan Korea Selatan, pada 11 Maret 2013. AP/KCNA via KNS
TEMPO.CO, Seoul – Serangan yang mulai meningkat antara Korea Utara dan Korea Selatan semakin panas setelah pemerintahan Kim Jong-un pada Minggu, 30 Maret 2014 mengeluarkan ancaman akan melakukan uji coba nuklir untuk keempat kalinya.
Berselang beberapa hari setelah ancaman tersebut disampaikan, Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mendeteksi sebuah gempa berkekuatan 5 Skala Richter yang diduga kuat merupakan dampak dari uji coba nuklir tersebut.
Dilaporkan The Telegraph, gempa terdeteksi di perairan yang berjarak 132 kilometer dari semenanjung Korea pada Selasa, 1 April 2014, sekitar pukul 03.48 waktu setempat. USGS mencatat gempa tersebut berada di kedalaman hampir 16 kilometer.
Sebelumnya, getaran yang diduga akibat uji coba nuklir Korut juga pernah terdeteksi USGS pada Desember 2012 lalu. Meskipun demikian, melihat lokasi dan kedalaman gempa, USGS belum berani memastikan apakah itu merupakan dampak dari uji coba nuklir.
Ketegangan antara dua Korea semakin meningkat setelah Korea Utara menembakkan 500 artileri ke wilayah perairan Laut Kuning yang menjadi perbatasan kedua negara ini. Aksi tersebut dibalas dengan serangan 300 artileri oleh Korea Selatan.
Meskipun tidak diarahkan secara langsung, warga yang tinggal di dua pulau dengan perairan ini telah diungsikan. Mereka dievakuasi ke tempat penampungan yang dianggap aman. (Baca: Gempuran Korea Utara Memaksa Penduduk Mengungsi)