Grafik ini menunjukkan perkembangan kabar pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang dari saat lokasi kontak terakhir (1), terpantau radar militer (2), sinyal satelit (3), penangkapan dua benda diduga puing pesawat oleh satelit Australia pada 20 Maret (4), dan penemuan terakhir oleh satelit China (5). Straittimes.com
TEMPO.CO, Jakarta - Pencarian bangkai pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 bakal menghadapi tantangan yang pelik. Selain fenomena Roaring Forties dan ancaman siklon tropis di bagian selatan Samudra Hindia, medan yang sulit menunggu--demikian diungkapkan ahli geologi. (Baca: Malaysia Airlines MH370 Terlilit di Pusaran Roaring Forties?)
"Puing-puing yang diduga MH370 berada di atas sebuah rangkaian gunung api bawah laut raksasa yang belum terpetakan," kata Robin Beaman, ahli geologi bawah laut dari James Cook University, Australia, kepada Sidney Morning Herald, Selasa, 25 Maret 2014. (Baca: Pencarian Kotak Hitam MH370 Malaysia Airlines 12 Hari Lagi)
Di seluruh dunia, ada sekitar 30.000 gunung api bawah laut atau seamount yang terhampar di dasar samudra. Lokasi puing-puing MH370 itu berada di zona pemekaran lantai dasar samudra, yaitu South-East Indian Ocean Ridge (SEIOR).
Rangkaian gunung berapi bawah laut itu berjejer di barat daya Australia ke Selandia Baru. Para ahli geologi menyebut gunung-gunung ini masih aktif hingga sekarang. Kedalaman dasar laut dan palung di wilayah ini antara 4.000 hingga 7.000 meter.
Menurut Robin Beaman, untuk mencari bangkai MH370 itu dibutuhkan pemetaan 3D (tiga dimensi) oleh kapal-kapal berperalatan pendeteksi bawah air atau multibeam echo sounders. Sayangnya, RV Southern Surveyor, satu-satunya kapal milik Australia yang mampu memetakan itu, sudah dinonaktifkan Desember lalu.
Multi-beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi, yaitu 0,1 meter akurasi vertikal dan kurang dari 1 meter akurasi horisontalnya. Memang, perangkat ini mengirimkan pancaran pulsa atau gelombang bunyi langsung ke dasar laut yang lalu akan dipantulkan kembali ke kapal yang ada di permukaan.
Beaman mengatakan bagian puing pertama yang dipotret satelit DigitalGlobe pada 16 Maret lalu berlokasi sekitar 60 km sebelah barat daya South-East Indian Ocean Ridge (SEIOR).
Obyek satunya lagi yang dilihat pesawat Cina berada sekitar 180 kilometer barat daya SEIOR. Sedangkan obyek diduga puing yang dilihat sebuah pesawat Australia hari Senin lalu berada sekitar 200 kilometer sebelah timur laut SEIOR. "Pada sayap-sayap SEIOR yang besar kemungkinan di mana zona kecelakaan terjadi, hampir tidak ada pemetaan yang terlepas dari jalur penerbangan yang ganjil itu,'' kata dia.
Menurut dia, tanpa pemetaan yang akurat sulit mencari puing MH370 di kompleks SEIOR itu. "Tak bisa lain, harus dipetakan kembali wilayah itu,'' kata Beaman. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim ahli berbagai daerah yang terus mencari keberadaan bangkai MH370. (Baca: Kerabat Korban Pilih Tunggu Bangkai MH370 Ditemukan)