Grafik ini menunjukkan perkembangan kabar pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang dari saat lokasi kontak terakhir (1), terpantau radar militer (2), sinyal satelit (3), penangkapan dua benda diduga puing pesawat oleh satelit Australia pada 20 Maret (4), dan penemuan terakhir oleh satelit China (5). Straittimes.com
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Federasi Pilot Indonesia Ali Nahdi mempertanyakan tidak terdeteksinya pesawat Malaysia Airlines MH370 yang terbang melintasi udara Indonesia. Padahal, kata dia, jika ada pesawat asing yang masuk ke suatu negara tanpa koordinasi, harus segera dipertanyakan maksudnya. "Kalau tidak berkoordinasi dengan baik, bisa saja ditembak, seperti di Rusia," kata Ali saat dihubungi, Selasa, 25 Maret 2014.
Menurut Ali, Indonesia memiliki radar pendeteksi, tetapi tidak diketahui masih berfungsi dengan baik atau tidak. Untuk pertahanan, kata Ali, seharusnya radar terus berfungsi dengan baik. "Kalau tidak ya negara kita bisa dilewati sembarangan," kata dia. (Baca: Jatuhnya MH370 Diungkap Satelit Inggris)
Senin malam, 24 Maret 2014, sekitar pukul 20.00 waktu Malaysia, Perdana Menteri Najib Razak mengumumkan berdasarkan analisis data dari satelit penerbangan, MH370 yang terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing, Cina, malah berakhir di sebelah selatan Samudra Hindia. Tidak ada satu pun penumpang maupun kru pesawat yang dikabarkan selamat. (Baca: Pernyataan Lengkap PM Malaysia Soal MH370 dan Cuit Putri Kru MH370: Tuhan Lebih Sayang Kamu, Daddy)
Pesawat Boeing 777 tersebut hilang sejak 8 Maret 2014. Selama 17 hari, upaya pencarian melibatkan tim dari 27 negara. Titik terang keberadaan MH370 baru diketahui pada pekan lalu, saat sejumlah benda yang diduga bagian dari pesawat itu ditemukan mengapung di perairan Samudra Hindia, sekitar 2.500 kilometer sebelah barat Perth. (Baca: Kabar Duka Dikirim Via SMS, Keluarga Korban MH370 Histeris)