Seorang anggota tim SAR berada sebuah kapal yang mengikuti misi pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370, di selat Malaka, Jumat, 14 Maret 2014. REUTERS/Junaidi Hanafiah
TEMPO.CO, Kula Lumpur - Dalam jumpa pers beberapa waktu lalu, seorang wartawan bertanya pada CEO Malaysia Airlines, Ahmad Jauhari Yahya. Wartawan itu bertanya apakah ada muatan berbahaya dalam pesawat. Saat itu secara diplomatis ia menjawab, pesawat mengangkut antara tiga hingga empat ton manggis. "Saya tak tahu apakah manggis berbahaya atau tidak," katanya.
Kini, empat hari kemudian, Ahmad Juhari menjawab fakta yang sebenarnya: pesawat milik maskapai yang disebut memiliki layanan sangat baik di Asia ini mengangkut bahan yang mudah terbakar: baterai lithium. Dia mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki kargo, tapi tidak menganggap baterai sebagai berbahaya karena dikemas sesuai dengan peraturan keselamatan.(baca:Terungkap: Percakapan 54 Menit Terakhir MH370 )
Temuan ini menguatkan kembali spekulasi yang menyebut pesawat Malaysia Airlines itu meledak di udara. Atau, terjadi kebakaran di dalam pesawat, menyebabkan awak dan penumpang kehilangan kesadaran karena menghirup asap beracun. (baca: Mengapa Habibie Yakin Malaysia Airlines Meledak?)
Baterai Lithium-ion yang biasa digunakan dalam ponsel dan laptop dalam sejarah pernah menyebabkan sejumlah kebakaran di dalam pesawat. Bahkan, menyebabkan pesawat jatuh.
"Kami membawa beberapa baterai lithium -ion ukuran kecil, bukan baterai besar dan mereka pada dasarnya disetujui di bawah ICAO ( Organisasi Penerbangan Sipil Internasional)," kata Ahmad Jauhari.
Menurut data Federal Aviation Administration, baterai lithium-ion dibawa dalam kargo atau bagasi telah bertanggung jawab untuk lebih dari 140 insiden antara Maret 1991 hingga 17 Februari 2014. Dalam kasus yang jarang terjadi, pesawat telah hancur akibat kebakaran yang dipicu oleh baterai ini, meskipun dalam dua insiden melibatkan pesawat kargo. (baca:Kenapa Malaysia Airlines Tak Up-Grade Aplikasinya? )
Dalam satu kasus, UPS Airlines dengan nomor penerbangan 6 jatuh saat mencoba mendarat darurat pada bulan September 2010 dalam perjalanan dari Dubai ke Cologne di Jerman.
Penerbangan MH370 menghilang dari layar radar dua minggu yang lalu pada tanggal 8 Maret setelah lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Pesawat diduga berbalik arah dan terbang ke arah Samudera Hindia.
Billie Vincent, mantan kepala keamanan untuk Federal Aviation Administration, mengatakan temuan ini kembali menegaskan keyakinannya bahwa api dimulai di kargo, menghancurkan sistem komunikasi pesawat kemudian memenuhi kabin dengan asap beracun. Namun jika ini terjadi, katanya, pilot memiliki kesempatan untuk melakukan pendaratan darurat.