TEMPO.CO, Tel Aviv - Menteri Pertahanan Israel memperingatkan pemerintah Suriah bahwa negeri itu bakal membayar mahal bila tetap membantu kelompok-kelompok bersenjata guna menyerang negaranya.
Pernyataan keras Moshe Yaalon itu disampaikan, Rabu, 19 Maret 2014, sehari setelah insiden ledakan bom jalan raya yang melukai empat serdadu Israel di daerah pendudukan Dataran Tinggi Golan dekat garis gencatan senjata dengan Suriah.
Ledakan bom itu selanjutnya direspons Israel dalam waktu 12 jam dengan membombardir basis militer Suriah di Dataran Tinggi Golan. "Kami anggap rezim Presiden Bashar al-Assad bertanggung jawab atas kejadian di wilayah hukumnya. Jika kerja sama dengan kelompok bersenjata yang membahayakan Israel belanjut, kami akan memintanya dengan harga tinggi," ucap Yaalon.
Pasukan Suriah mendapatkan dukungan dari Hizbullah, kelompok bersenjata Lebanon, guna menghadapi para pemberontak yang ingin menggulingkan rezim Assad. "Kami tidak akan berdiam diri terhadap pelanggaran wilayah atau serangan terhadap serdadu dan warga negara kami. Kami akan bereaksi dengan memberikan tekanan dan kekuatan guna melawan siapa saja yang memusuhi kami," ucap Yaalon.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.