Polisi anti huru hara dihujani kembang api, pada saat bentrok dengan demonstran anti buru hara di jalanan di Kiev, Ukraina, (19/2). Bentrok di jalan tersebut menewaskan 9 orang, termasuk dua polisi. Alexander Koerner/Getty Images
TEMPO.CO, Kiev – Kerusuhan yang melanda ibu kota Ukraina, Kiev, menuai keprihatinan para pemimpin dunia. Serangan yang dilakukan polisi anti-huru-hara untuk membubarkan demonstan di Independence Square telah menewaskan setidaknya 21 jiwa.
Dalam jumpa pers di New York, seperti dikutip dari Xinhua, juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Martin Nesirky, mengatakan bahwa kepala badan dunia PBB menyatakan keprihatinannya atas kerusuhan dan kematian yang terjadi di Kiev.
Ia menyampaikan bahwa Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, terus mengikuti perkembangan di Kiev dan menegaskan kembali seruannya kepada seluruh pihak untuk menahan diri guna menghindari kekerasan lebih lanjut.
Senada dengan pernyataan Ki-moon, Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, juga meminta Presiden Ukraina Viktor Yanukovych untuk menarik kembali pasukan pemerintah dan mampu menahan diri lebih maksimal dalam krisis seperti ini.
Di Paris, Prancis, Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, menyarankan agar kedua belah pihak mau berdialog. “Dialog merupakan satu-satunya cara untuk mencapai solusi politik yang dapat memenuhi aspirasi rakyat Ukraina,” ujar dia dalam sebuah pernyataan.
Pusat Kota Kiev telah memanas sejak Selasa, 18 Februari siang. Polisi anti-huru-hara telah menggunakan meriam air, granat kejut, dan cara lain untuk membubarkan massa yang menduduki Independence Square. Namun, bukannya bubar, mereka justru membalas dengan menyalakan kembang api, lemparan batu, dan bom bensin.