Sejumlah demonstran anti-pemerintah mendirikan tenda dipersimpangan utama dBangkok (5/2). Pengunjuk rasa anti-pemerintah telah berkemah di jalan-jalan Bangkok selama berbulan-bulan dalam upaya untuk "menutup" ibukota Thailand dan menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. REUTERS/Athit Perawongmetha
TEMPO.CO, Bangkok – Seorang polisi Thailand tewas tertembak ketika bentrok terjadi antara pasukan keamanan dan demonstran oposisi di Bangkok, Selasa, 18 Februari 2014. Bentrok terjadi saat polisi berusaha merebut kembali gedung-gedung pemerintahan yang dikepung demonstran.
“Seorang polisi tertembak dan empat lainnya mengalami luka-luka,” kata Letnan Polisi Prawut Thavornsiri, seperti dilansir dari Channel News Asia. Tidak hanya menewaskan seorang polisi, bentrok ini juga membuat 44 orang lainnya terluka.
Demonstran menolak permintaan polisi untuk meninggalkan daerah sekitar kantor Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dalam waktu satu jam. Polisi yang sempat kewalahan akhirnya menangkap 100 orang demonstran yang semakin rusuh. Ini merupakan penangkapan demonstran terbesar sejak aksi massa bergulir menuntut mundurnya Yingluck.
Meski demikian, para demonstran tidak terpengaruh dengan penangkapan itu. Mereka berkeras bertahan di sana. “Penangkapan tidak akan mempengaruhi kami. Kehendak rakyat masih kuat. Pemerintah terjebak dan tidak punya jalan ke depan,” ujar juru bicara gerakan anti-pemerintah, Akanat Promphan.
Dalam aksi ini, mereka terus mendesak Yingluck untuk mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sementara yang akan melaksanakan reformasi untuk mengatasi korupsi dan penyalahgunaan dana publik sebelum pemilu baru diadakan.