TEMPO.CO, Munich - Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, Sabtu 1 Februari 2014 menggarisbawahi keinginan pemerintahan Barack Obama untuk mengalihkan fokus kebijakan luar negerinya untuk menjauh dari penggunaan kekuatan militer dan lebih mengutamakan jalan diplomasi.
Saat berbicara dalam konferensi keamanan di Munich, Jerman, Hagel mengatakan bahwa ia dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry, "Bekerja untuk mengembalikan keseimbangan hubungan antara pertahanan Amerika dan diplomasi".
Hagel, dalam sambutannya yang disiapkan, menekankan bahwa AS "bergeser dari 13 tahun pijakan perang" saat perang di Afganistan akan secara bertahap berakhir dan saat Washington berusaha untuk menghindari untuk terlibat dalam konflik militer tambahan di luar negeri.
Pernyataan Hagel menggemakan pernyataan Presiden Barack Obama, yang dalam pidato kenegaraan pekan ini mengatakan bahwa AS tidak bisa mengandalkan kekuatan militernya saja, dan berjanji untuk tidak mengirimkan pasukan untuk berperang di luar negeri kecuali "benar-benar diperlukan".
Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah menunjukkan semangat untuk secara bertahap menarik diri dari medan perangd i luar. AS keluar dari Irak pada tahun 2011, dan tahun ini akan mengakhiri secara resmi kehadiran militernya di Afganistan. Para pejabat AS juga berusaha untuk menghindari keterlibatannya dalam penggunaan militer di tempat-tempat seperti Suriah dan Libya.
"Kebijakan luar negeri menjadi terlalu militeristik selama dekade terakhir atau lebih," kata seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara secara anonim. "Ini saatnya bagi kita untuk berada dalam peran pendukung ketika bicara soal kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri negara ini harus dan memang seharusnya dipimpin oleh Departemen Luar Negeri, dengan Departemen Pertahanan berfungsi memberikan dukungan penuh," kata pejabat itu.
Departemen Luar Negeri kini banyak memimpin beberapa kebijakan luar negeri prioritas Gedung Putih, termasuk dalam perdamaian antara Israel dan Palestina dan negosiasi untuk menghentikan program nuklir Iran. Namun, Departemen Pertahanan masih memiliki sumber daya yang besar. Anggaran militer AS, meski mengalami sejumlah pemotongan, masih mengalahkan pengeluaran untuk diplomasi dan bantuan luar negeri.
GUARDIAN | ABDUL MANAN
Berita Lainnya:
Pemilu Thailand Akhirnya Berlangsung Hari Ini
Tiga Tewas Akibat Bom Mobil di Hermel, Libanon
Isu Selingkuh, Obama dan Michelle Tidur Terpisah
Penyelam dari Tim Evakuasi Costa Concordia Tewas
Jurnalis Ini Pilih Mesin Tik Ketimbang Ipad
Mantan PM Thailand Golput
Ditanya Perselingkuhan, Hollande Pilih Diam
WNI Jadi Korban Perbudakan di Amerika
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya