Seorang pria melihat sebuah mobil yang rusak usai terkena bom mobil di Baghdad, Irak, (14/1). Empat bom mobil menewaskan sedikitnya 25 orang di daerah Muslim Syiah di Baghdad. REUTERS/Ahmed Saad
TEMPO.CO, Bagdad - Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, berteriak kencang meminta bantuan internasional guna menghadapi kelompok bersenjata Sunni yang terus menerus melakukan kekerasan mematikan di negaranya.
Al-Maliki, memimpin pemerintah dengan dominasi kelompok Syiah, ini memberikan peringatan keras bahwa pasukannya akan mememerangi mereka menyusul kematian 75 orang akibat serangkaian serangan di Bagdad dan Baquba pada Rabu, 15 Januari 2014.
Dalam pidatonya di televisi, Maliki mengharapkan aksi internasional untuk berperang melawan al-Qaidah dan sekutunya, Negara Islam di Irak dan Mediterania Timur (ISIL). "Ini mungkin memerlukan waktu," ucapnya. "Tetapi, berdiam diri berarti menciptakan masalah keamanan di kawasan (Timur Tengah) dan dunia.
Para pejuang ISIL dan sekutunya di sebelah barat Provinsi Anbar menguasi Kota Fallujah dan beberapa bagian di ibu kota provinsi, Ramadi.
Menanggapi kekerasan mamatikan di Irak, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, dan para diplomat lainnya mendesak pemimpin Irak melakukan rekonsiliasi politik untuk mengakhiri kekerasan yang terus berlangsung dan krisis di Anbar. Kendati demikian, Maliki tetap akan memerangi para pejuang dan mengunakan kekuatan militer untuk menghadapi mereka.