TEMPO.CO, Dhaka – Pemilihan umum di Bangladesh akhirnya diadakan pada Ahad, 5 Januari 2014, beberapa jam setelah aksi kekerasan yang menewaskan tiga orang terjadi. Sebelumnya, lebih dari 150 tempat pemungutan suara (TPS) dibakar oleh sekelompok massa pada Sabtu, 4 Januari 2014.
Seperti dilaporkan CNN, dalam sebuah insiden di suatu TPS di Distrik Thakurgaon, seorang petugas TPS tewas setelah dilempar bom bensin oleh sekelompok penyerang. Sementara itu, dua orang pengunjuk rasa juga tewas ketika polisi melepaskan tembakan pada sekelompok orang yang menyerang TPS di Distrik Rangpur.
Penyerang telah membakar sekitar 150 tempat pemungutan suara dan perlengkapan pemilu. Kekerasan yang meluas ini dimotori oleh kelompok oposisi yang memboikot pemilu dan menyerukan pemogokan.
Partai oposisi terbesar, Partai Nasionalis Bangladesh, dan sekutunya telah melakukan pemogokan umum selama dua hari, yakni hari Sabtu dan Ahad. Mereka mendesak agar pemilu sebaiknya ditiadakan jika tidak diawasi oleh tim independen. Namun, tuntutan tersebut ditolak oleh pemerintah Bangladesh.
Serangkaian insiden terkait dengan pemilu telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir di Bangladesh. Setidaknya 100 orang tewas dalam rangkaian kekacauan ini. Hal ini membuat gerah kelompok sipil lokal dan masyarakat internasional, hingga mereka mendesak agar pemerintah menunda pemilu untuk sementara waktu.