TEMPO.CO, Kairo - Kejaksaan Mesir sepakat untuk menyelidiki tuduhan bahwa boneka yang mengoceh dalam sebuah iklan untuk sebuah perusahaan telepon multinasional, Vodafone, mengirimkan instruksi untuk teroris. Dalam iklan itu, boneka bernama Abla Fahita mengoceh dalam kalimat tak jelas saat berbicara melalui ponselnya.
Jaksa mengatakan para pejabat dari Vodafone Mesir akan dipanggil untuk menanggapi keluhan tentang iklan yang diajukan oleh blogger dan penyanyi yang menyebut dirinya Ahmed Spider. Dalam sebuah penampilan di televisi Mesir pada hari Selasa, 31 Desember 2013, blogger ini menghabiskan hampir satu jam membedah apa yang disebut kode rahasia dalam iklan itu.
Menurut Ahmed Spider, gambar pembuka iklan adalah kaktus empat cabang yang dihias seperti untuk perayaan Natal. Gambar ini bukan tak disengaja, tapi "dimaksudkan untuk menginspirasi serangan terhadap Kristen Koptik ketika mereka merayakan liburan minggu depan," katanya.
Sebuah ornamen merah pada kaktus, ia mengklaim, mewakili simbol bom dan jumlah cabang adalah referensi ke Masjid al-Rabaa Adawiya di Kairo, tempat ratusan muslim tewas pada bulan Agustus ketika pasukan keamanan menyerang. Rabaa berarti "keempat" dalam bahasa Arab.
Tuduhan bahwa boneka itu digunakan sebagai corong Ikhwan Al-Muslimun juga menyebar luas di jaringan sosial Mesir. Blogger Cairene seperti yang dilaporkan Zeinobia menyerukan agar para dalang ditangkap karena "menggunakan simbol-simbol dan kode yang tidak diketahui."
Dalam iklan, Abla Fahita mengoceh kepada temannya melalui saluran telepon saat putrinya, Karkoura, mencari kartu SIM ayahnya yang telah meninggal. Perusahaan menjelaskan dalam sebuah pernyataan kepada The Associated Press, Kamis, 2 Januari 2014 bahwa iklan itu adalah bagian dari kampanye pemasaran. "Hanya bertujuan menjelaskan bagaimana untuk mengaktifkan kartu SIM Vodafone," kata juru bicara perusahaan itu, Khaled Hegazy.
Ia menyebut tuduhan yang dialamatkan pada perusahaan itu sangat "tidak rasional" dan "hanya berdasarkan imajinasi". "Saya tak tahu harus bilang apa. Cara berpikirnya memprihatinkan sekali," katanya.