Asosiasi Akademisi AS Dukung Aksi Boikot Israel  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Selasa, 17 Desember 2013 21:31 WIB

Pembangunan pemukiman oleh Israel di Tepi Barat. AP/Dan Balilty

TEMPO.CO, Washington - Sebuah badan akademis bergengsi Amerika Serikat telah bergabung dengan gerakan yang terus meluas untuk memboikot Israel. Menurut The Guardian, gerakan ini merupakan bentuk protes atas perlakuan negara itu terhadap warga Palestina.

American Studies Association (ASA), yang memiliki lebih dari 5.000 anggota, adalah organisasi akademis AS paling signifikan. Organisasi ini mendukung pemboikotan terhadap lembaga pendidikan Israel setelah melakukan pemungutan suara. Sebanyak 1.252 anggota memberi suara, 66 persen mendukung resolusi pemboikotan.

Dalam resolusinya, ASA menyebut sikap ini sebagai bentuk solidaritas terhadap para sarjana dan mahasiswa yang kehilangan kebebasan akademis mereka di Palestina. Dalam pernyataannya, Senin, 16 Desember 2013, ASA menyebut aksi ini merupakan akibat dari "pelanggaran Israel terhadap hukum internasional dan resolusi PBB".

Resolusi itu melarang "kolaborasi formal dengan lembaga akademis Israel, atau dengan sarjana yang menjabat wakil atau duta dari lembaga-lembaga tersebut."

Pemungutan suara ASA itu dilakukan di tengah seruan baru pasca-kematian Nelson Mandela untuk melakukan pemboikotan internasional terhadap Israel, mirip dengan kampanye anti-apartheid di masa lalu. Mandela adalah tokoh anti-apartheid di Afrika Selatan.

Langkah ASA ini, yang tidak mengikat anggotanya, memicu kemarahan para menteri Israel. "Ini merupakan tindakan tidak layak yang tidak menghargai asosiasi," kata Menteri Ilmu Pengetahuan Yaakov Peri.

Avi Wortzman, Wakil Menteri Pendidikan, juga mengutuk keputusan ASA tersebut. "Ini adalah upaya tercela untuk mencampuri kebijakan internal negara Israel di bawah kedok perdebatan akademis dan persamaan hak. Negara Israel memberi semua warganya kesempatan yang sama dalam dunia akademis dan mendorong integrasi kelompok minoritas dalam dunia akademis," kata Wortzman.

Ronald Lauder, presiden World Jewish Congress juga mengeluarkan kecaman. "Seruan untuk memboikot Israel, salah satu negara paling demokratis dan paling memberi kebebasan akademis di dunia, menunjukkan Orwellian anti-Semitisme dan kebangkrutan moral ASA."

Kelompok Kampanye Palestina untuk Boikot Akademis dan Budaya Israel memuji langkah ASA sebagai "penolakan untuk diintimidasi oleh upaya terus-menerus dari pembela rezim pendudukan, penjajahan, dan apartheid Israel." Ia menyebut langkah ini sebagai tahap signifikan agar lembaga pendidikan Israel mempertanggungjawabkan sikap mereka.

Kelompok Jewish Voice for Peace yang berbasis di AS menyambut baik langkah ASA. Mereka menyebut langkah itu sebagai "tonggak penting dalam pertumbuhan gerakan BDS (boikot, divestasi, dan sanksi) di Amerika Serikat." Ia menyebutkan pemboikotan itu untuk menekan Israel agar mematuhi hukum internasional, tidak inheren dengan sikap anti-Yahudi.

American Association of University Professors, yang memiliki 48.000 anggota, telah menolak seruan untuk memboikot institusi pendidikan Israel.

Awal tahun ini, gerakan pemboikotan terhadap Israel diklaim meraih kemenangan besar ketika ilmuwan top Stephen Hawking keluar dari sebuah konferensi di Israel sebagai protes atas perlakuan negara ini terhadap warga Palestina.

Guardian | Abdul Manan

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya