Ini yang Membuat Mandela Kagum pada Fidel Castro  

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Minggu, 8 Desember 2013 16:08 WIB

Fidel Castro bercanda dengan Nelson Mandela dalam pertemuan World Trade Organization di Jenewa, Swiss, 19 Mei 1998. AP/Keystone, Patrick Aviolat

TEMPO.CO, Cape Town - Amerika Serikat melihat Nelson Mandela sebagai pahlawan dan Fidel Castro sebagai penjahat. Namun Mandela melihatnya dari sisi yang berbeda: menganggap Castro sebagai teman dan inspirator kebebasan.

Menurut Huffington Post, Mandela mengagumi mantan diktator Kuba ini karena ia menentang apartheid dan mewakili aspirasi kaum nasionalis dari negara-negara dunia ketiga. Sikap nasionalistis dan anti-imperialis pemimpin Afrika Selatan ini memiliki banyak kesamaan dengan pemimpin Kuba tersebut.

Sebaliknya, perjuangan Mandela juga mempengaruhi pergerakan di Amerika Selatan itu. Kemenangan Revolusi Kuba pada 1959 disebut-sebut terinspirasi oleh pidato-pidato Mandela.

"Setiap sumber menarik bagi saya," tulis Mandela dalam otobiografinya pada 2008. "Saya membaca laporan Blas Roca, Sekretaris Jenderal Partai Komunitas Kuba, saat mereka dianggap sebagai organisasi ilegal selama rezim Batista. Saya membaca karya-karya oleh dan tentang Che Guevara, Mao Tse-tung, Fidel Castro."

Kekaguman Mandela pada Castro bukan tak berdasar. Kuba di bawah Castro menentang apartheid dan mendukung Kongres Nasional Afrika --organisasi politik Mandela dan partai yang berkuasa saat ini. Intervensi militer Kuba ke Angola pada 1970-an dan 1980-an sangat berperan melemahkan pemerintah Afrika Selatan, menghasilkan legalisasi ANC pada 1990.

Pemerintah AS, di sisi lain, dilaporkan memainkan peran dalam penangkapan Mandela tahun 1962 dan kemudian mencapnya teroris -sebutan yang mereka batalkan pada 2008. Pada 1986, Presiden Ronald Reagan memveto UU Anti-Apartheid.

Mengingat sejarah ini, seharusnya tidak mengejutkan jika Mandela tetap kritis terhadap AS. Ketika pemerintahan George W. Bush mengumumkan rencana untuk menginvasi Irak pada 2003, Mandela menunjukkan penentangannya. "Jika ada negara yang melakukan kekejaman yang tak terkatakan di dunia, itu adalah Amerika Serikat. Mereka tidak peduli," katanya.

Tak lama setelah pembebasannya sebagai tahanan politik pada 1990, Mandela mengunjungi Kuba untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya. Ia menyebut Revolusi Castro sebagai "sumber inspirasi bagi semua orang yang mencintai kebebasan."

"Kami mengagumi pengorbanan rakyat Kuba dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka dalam menghadapi setan, kampanye yang diatur oleh kaum imperialis," kata Mandela selama kunjungan itu, seperti dikutip Los Angeles Times. "Kami juga ingin mengontrol nasib kami sendiri."

Ia juga meminta Castro untuk mengunjungi Afrika Selatan. Castro memenuhi undangan Mandela pada 1994 untuk menghadiri pelantikan Mandela sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan.

Castro dan Mandela melanjutkan hubungan mereka hingga Mandela tak lagi menjabat sebagai presiden tahun 1999. Mandela mengatakan, ia tidak akan membalikkan punggungnya bagi orang-orang yang sama-sama menentang apartheid.

HUFFINGTON POST | TRIP B

Berita terkait

Ajaib, Jenazah Wanita Afrika Selatan Melahirkan Bayi

22 Januari 2018

Ajaib, Jenazah Wanita Afrika Selatan Melahirkan Bayi

Seorang wanita hamil di Afrika Selatan yang meninggal dunia saat kandungannya berusia 9 bulan dilaporkan melahirkan bayinya 10 hari kemudian.

Baca Selengkapnya

Warga Desa Ini Ketakutan Domba Lahir Bertubuh Mirip Manusia

23 Juni 2017

Warga Desa Ini Ketakutan Domba Lahir Bertubuh Mirip Manusia

Seekor domba lahir dengan tubuh bagian atas mirip manusia sehingga membuat gempar ribuan warga desa Lady Frere di Afrika Selatan.

Baca Selengkapnya

Saham Terguncang, Presiden Afrika Selatan Pecat Menteri Keuangan

31 Maret 2017

Saham Terguncang, Presiden Afrika Selatan Pecat Menteri Keuangan

Di pasar valuta asing, nilai mata uang Rand Afrika Selatan dikabarkan turun hingga lima persen.

Baca Selengkapnya

Ahmed Kathrada, Aktivis Anti-Apartheid Afrika Selatan, Wafat

28 Maret 2017

Ahmed Kathrada, Aktivis Anti-Apartheid Afrika Selatan, Wafat

Aktivis anti-apartheid Afrika Selatan, Ahmed Kathrada, yang pernah dipenjara selama 26 tahun bersama Nelson Mandela, meninggal Selasa pagi, 28 Maret 2017.

Baca Selengkapnya

Atap Rumah Sakit Jebol, Lima Orang Terperangkap Runtuhan

3 Maret 2017

Atap Rumah Sakit Jebol, Lima Orang Terperangkap Runtuhan

Sebanyak 2 pasien, 2 pekerja konstruksi, dan 1 staf rumah sakit berhasil diselamatkan serta hanya luka ringan.

Baca Selengkapnya

Sentimen Anti-Imigran Memanas di Afrika Selatan

28 Februari 2017

Sentimen Anti-Imigran Memanas di Afrika Selatan

Sentimen anti-imigran kembali merebak di Afrika Selatan. Rumah imigran dibakar, terjadi penjarahan hingga ancaman.

Baca Selengkapnya

Nyata dan Sadis, Remaja Ini Dipaksa Masuk Peti Mati, Lalu...  

8 November 2016

Nyata dan Sadis, Remaja Ini Dipaksa Masuk Peti Mati, Lalu...  

Seorang tanpa rasa iba terus menekan tubuh dan kepala remaja dengan menggunakan penutup peti mati.

Baca Selengkapnya

Istri Kaget Lihat 'Anaconda' Suaminya, Bulan Madu pun Batal  

12 Oktober 2016

Istri Kaget Lihat 'Anaconda' Suaminya, Bulan Madu pun Batal  

Seorang wanita yang baru menikah terkejut ketika untuk pertama kali melihat organ intim milik suaminya.

Baca Selengkapnya

Bocah 6 Tahun Tewas Saat Melindungi Ibunya dari Pemerkosa  

20 Agustus 2016

Bocah 6 Tahun Tewas Saat Melindungi Ibunya dari Pemerkosa  

Bocah laki-laki berusia 6 tahun tewas setelah berusaha mencoba menghentikan seorang pria yang akan memperkosa ibunya.

Baca Selengkapnya

Nelson Mandela Napi Paling Terkenal di Dunia, Dibui 27 Tahun

16 Mei 2016

Nelson Mandela Napi Paling Terkenal di Dunia, Dibui 27 Tahun

Nelson Mandela adalah Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Mantan agen CIA mengaku CIA di balik pemenjaraan Mandela selama 27 tahun.

Baca Selengkapnya