TEMPO.CO, Cape Town - Mandela dikenal sebagai sosok yang berani dan gigih. Dia tak gampang menyerah. Perjuangannya melawan pemerintah apartheid di Afrika Selatan dimulai sejak dia berusia muda, pada 1960-an.
Dia juga dikenal sebagai tokoh yang lantang berpidato. Kata-katanya menggelorakan semangat kaum muda Afrika Selatan. Sejarah mencatat, banyak kalimat yang dilontarkannya yang banyak dikenang orang hingga hari ini. Berikut di antaranya:
Saat menghadapi hukuman mati, Nelson Mandela berbicara dari beranda atas Pengadilan Rivonia, April 1964
Selama hidup saya, saya telah mendedikasikan diri untuk perjuangan bersama orang-orang Afrika. Saya telah berjuang melawan dominasi putih, juga berjuang melawan dominasi hitam. Saya menghargai kondisi ideal sebuah masyarakat yang demokratis dan bebas di mana semua orang hidup bersama dalam harmoni dengan kesempatan yang sama. Ini adalah hal yang saya harapkan terwujud dan untuk direalisasikan. Bila perlu, saya siap mati untuk itu.
Setelah dibebaskan dari 27 tahun masa hukumannya, dari balkon Balai Kota Cape Town pada hari Minggu, 11 Februari 1990
Saya menyambut Anda semua atas nama perdamaian, demokrasi, dan kebebasan untuk semua. Saya berdiri di sini bukan sebagai nabi, tetapi sebagai hamba yang rendah hati. Pengorbanan yang tak kenal lelah dan heroik Anda semua telah memungkinkan bagi saya untuk berada di sini hari ini. Karena itu, saya menempatkan sisa hidup saya di tangan Anda.
Soal rasisme dalam otobiografinya, Long Walk to Freedom, yang diterbitkan pada 1994
Tidak ada yang lahir untuk membenci orang lain karena warna kulitnya, atau latar belakangnya, atau agamanya. Orang harus belajar untuk bisa membenci. Maka jika mereka dapat belajar untuk membenci, mereka pasti dapat diajarkan untuk mencintai karena cinta datang lebih alami ke dalam hati manusia, bukan sebaliknya.
Soal kebebasan, dalam otobiografinya
Untuk menjadi bebas tidak hanya dengan membuang rantai seseorang, tetapi untuk hidup dengan cara yang menghormati dan meningkatkan kebebasan orang lain.
Soal keberanian, dalam otobiografinya
Saya belajar bahwa keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tetapi kemenangan di atasnya. Saya merasa takut sendiri lebih sering daripada yang saya ingat, tapi saya menyembunyikannya di balik topeng keberanian. Pria pemberani bukanlah orang yang tidak memiliki rasa takut, tapi dia berhasil menang dari rasa takut.
Saat pelantikannya di Pretoria, Mei 1994
Tidak pernah, tidak pernah, dan tidak akan pernah lagi tanah yang indah ini akan mengalami penindasan oleh satu atas yang lain dan membaui dunia dengan ketidakbermartabatannya.
Soal cara berpakaiannya, Agustus 1995
Uskup Agung Tutu dan saya mendiskusikan hal ini. Dia berkata kepada saya, "Bapak Presiden, saya pikir Anda akan baik dalam segala hal, kecuali cara Anda berpakaian." Saya berkata kepada Uskup Agung yang sangat saya hormati, "Well, mari kita tidak memasukkan diskusi di mana tidak ada solusi."
Soal masa depan yang demokratis, dalam sebuah pidato di Majelis Umum PBB, New York, September 1998
Saat saya duduk di Qunu dan menjadi sedemikian kuno seperti bukit itu, saya akan terus menumbuhkan harapan bahwa akan muncul kader pemimpin di negara dan daerah saya sendiri, di benua dan di dunia, yang tidak akan memungkinkan dirampasnya kebebasan mereka seperti kami, supaya jangan ada yang berubah menjadi pengungsi seperti kami, tak ada yang dikutuk karena menyebabkan kelaparan seperti yang kami alami, dan tak ada yang harus dilucuti martabat kemanusiaannya seperti kami.
Soal serangan ke Irak, September 2002
Kami benar-benar terkejut seperti halnya negara mana pun, apakah negara adidaya atau negara kecil, bahwa ada kekuatan di luar PBB yang menyerang negara yang merdeka. Tak ada satu pun negara yang diizinkan untuk main hakim sendiri.
Soal kematian, dalam sebuah wawancara untuk nominasi Academy Award 1996 untuk film dokumenter tentang dirinya
Kematian adalah sesuatu yang tak terelakkan. Ketika seseorang telah melakukan apa yang ia anggap sebagai tugasnya untuk rakyat dan negerinya, ia bisa beristirahat dalam damai. Saya percaya saya telah melakukannya dan itu mengapa saya akan tidur untuk selamanya.
TELEGRAPH | TRIP B
Berita terkait
Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman
2 hari lalu
Penyair Joko Pinurbo meninggal pada usia 61 tahun karena sakit.
Baca SelengkapnyaSolihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah
55 hari lalu
Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.
Baca SelengkapnyaKisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN
55 hari lalu
Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.
Baca SelengkapnyaTokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung
55 hari lalu
Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.
Baca SelengkapnyaNelson Mandela Akan Tersenyum Sambut Putusan ICJ Lawan Israel
28 Januari 2024
Afrika Selatan mengatakan Nelson Mandela akan bahagia dengan putusan Mahkamah Internasional soal genosida oleh Israel di Gaza.
Baca SelengkapnyaCendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal
22 Januari 2024
Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.
Baca SelengkapnyaMagubane, Fotografer Perekam Kekejaman Apartheid di Afrika Selatan Berpulang
2 Januari 2024
Peter Magubane, fotografer yang menyoroti perjuangan warga kulit hitam Afrika Selatan di bawah apartheid, meninggal dalam usia 91 tahun.
Baca SelengkapnyaJenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura
28 Desember 2023
Dantje Nere mengatakan masyarakat adat yang juga sebagai warga jemaat GKI Filadelfia Kampung Harapan setempat sangat merasa kehilangan Lukas Enembe.
Baca SelengkapnyaMengenang Nelson Mandela, Bapak Demokrasi Afrika Selatan Meninggal 10 Tahun Lalu
6 Desember 2023
Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela menerima lebih dari 250 penghargaan internasional sepanjang hidupnya, termasuk Nobel Perdamaian 1993.
Baca SelengkapnyaSatu Dekade Kematian Nelson Mandela, Warisan Pro-Palestina Masih Terus Hidup
5 Desember 2023
Dibebaskan dari hukuman 27 tahun penjara, ikon anti-apartheid Nelson Mandela memeluk Yasser Arafat, sebuah dukungan terhadap perjuangan Palestina.
Baca Selengkapnya