Nelson Mandela, dari Tahanan Menjadi Presiden  

Reporter

Editor

Alia fathiyah

Jumat, 6 Desember 2013 08:33 WIB

Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela saat berpidato dalam sidang pembukaan parlemen di Cape Town, 7 Februari 1997. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan hidup Nelson Rolihlahla Mandela layak dijadikan panutan bagi politikus di seluruh dunia. Laki-laki kelahiran 18 Juli 1918 itu dikenal sebagai sosok yang tak kenal lelah memperjuangkan persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam di Afrika Selatan.

Awalnya tak ada nama "Nelson" saat dia dilahirkan di Mvezo, sebuah daerah pegunungan di timur Afrika Selatan. Nama Nelson baru diberikan oleh gurunya sebagai bagian dari pemberian nama Kristiani kepada seluruh murid sekolah.

Dia kemudian berkuliah di Fakultas Hukum di University of Witwatersrand di Johannesburg. Namun, dia tidak pernah lulus karena meninggalkan kuliahnya begitu saja. Dia lebih tertarik dengan politik dan menjadi salah satu pendiri Africa National Congress (ANC), Liga Pemuda yang menyuarakan perubahan secara radikal di Afsel.

Mandela mulai terjun ke dunia politik pada tahun 1950-an. Saat itu, pemerintah Afsel menerapkan sistem politik aphartheid, sistem politik yang membedakan warna kulit. Karena dinilai terlalu vokal dan melawan pemerintah, Mandela bersama puluhan aktivis lainnya pun ditangkap dan dipenjara selama lima tahun. ANC pun dilarang berakvitas oleh pemerintah.

Penembakan 69 orang aktivis kulit hitam pada tahun 1960 membuat perubahan signifikan pada perjuangan Mandela. Dia menjadi lebih radikal dan semakin berani melawan pemerintah. Dia pun memutuskan untuk berlatih militer di Maroko dan Ethiopia secara sembunyi-sembunyi pada 1962. Saat kembali, dia lagi-lagi ditangkap karena dianggap berencana menyabotase dan menggulingkan pemerintahan.

Mandela pun dipenjara seumur hidup dan menghabiskan waktu 27 tahun di Pulau Robben. Penjara itu dikenal sangat kejam dan tidak manusiawi. Bahkan, Mandela menyebut hari-hari pertamanya di penjara sebagai kegilaan. “Begitu banyak penyiksaan fisik dan beberapa teman saya sangat dipermalukan di penjara itu,” kata Mandela saat itu. (Baca: Nelson Mandela Wafat)

Namun, hal itu tidak menyurutkan nyalinya untuk terus berjuang melawan diskriminasi pemerintah. Bahkan, dia pun menyuarakan hak-hak terpidana yang membuatnya jadi dihormati di antara sesama penghuni Pulau Robben.

Potongan pidatonya yang terkenal adalah, “Saya berjuang melawan dominasi kulit putih dan saya juga berjuang untuk melawan dominasi kulit hitam. Saya mendambakan demokrasi yang ideal dan masyarakat yang bebas, di mana setiap orang bisa hidup harmonis dan memiliki hak yang sama.” Pidato itu dia ucapakan dalam penjara yang membuat dunia mendesak pemerintah Afsel untuk membebaskannya.

Angin segar mulai dirasakan dalam perjuangan Mandela pada 1988, atau saat dia berusia 70 tahun dan menderita penyakit tuberculosis. Dia pun dipindah ke penjara lain dengan pengamanan minimum sehingga memungkinkan dia menerima banyak tamu.

Tanggal 11 Februari 1990 menjadi hari bersejarah bagi Mandela. Dia secara resmi dibebaskan dari penjara dengan iringan tepuk tangan dari ribuan pendukungnya. Pemerintahan Presiden de Clerk pun siap mengakhiri politik aphartheid di negaranya. Empat tahun kemudian, Afsel menggelar pemilu demokratis pertamanya dan menempatkan Mandela sebagai presiden.

Meski diperlakukan tidak adil, Mandela tetap merangkul warga kulit putih untuk mewujudkan rekonsiliasi di negaranya. Dia juga mendirikan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menginvestigasi pelanggaran HAM selama aphartheid.

Madiba, panggilan rakyat Afsel kepada Mandela yang merujuk pada sukunya, memenuhi janjinya untuk memimpin Afsel selama satu periode kepemimpinan. Tahun 1999 dia memutuskan tidak maju lagi sebagai presiden dan memutuskan untuk pensiun dari dunia politik. Dia pun akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada 5 Desember 2013 karena penyakit tuberculosis yang sudah lama dideritanya.


Berbagai Sumber | DIMAS SIREGAR

Baca juga:
Jokowi Pesimistis Jakarta Bisa Bebas Pengemis
SBY Puji Jokowi Terapkan Lelang Jabatan
Sebar Nomor Telepon ke Warga, HP Jokowi Jebol
Ditantang Ruhut, Jokowi: Kalau Cebur Kali, Ayo


Berita terkait

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

7 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

Penyair Joko Pinurbo meninggal pada usia 61 tahun karena sakit.

Baca Selengkapnya

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

5 Maret 2024

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.

Baca Selengkapnya

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

5 Maret 2024

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

5 Maret 2024

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.

Baca Selengkapnya

Nelson Mandela Akan Tersenyum Sambut Putusan ICJ Lawan Israel

28 Januari 2024

Nelson Mandela Akan Tersenyum Sambut Putusan ICJ Lawan Israel

Afrika Selatan mengatakan Nelson Mandela akan bahagia dengan putusan Mahkamah Internasional soal genosida oleh Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

22 Januari 2024

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.

Baca Selengkapnya

Magubane, Fotografer Perekam Kekejaman Apartheid di Afrika Selatan Berpulang

2 Januari 2024

Magubane, Fotografer Perekam Kekejaman Apartheid di Afrika Selatan Berpulang

Peter Magubane, fotografer yang menyoroti perjuangan warga kulit hitam Afrika Selatan di bawah apartheid, meninggal dalam usia 91 tahun.

Baca Selengkapnya

Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

28 Desember 2023

Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

Dantje Nere mengatakan masyarakat adat yang juga sebagai warga jemaat GKI Filadelfia Kampung Harapan setempat sangat merasa kehilangan Lukas Enembe.

Baca Selengkapnya

Mengenang Nelson Mandela, Bapak Demokrasi Afrika Selatan Meninggal 10 Tahun Lalu

6 Desember 2023

Mengenang Nelson Mandela, Bapak Demokrasi Afrika Selatan Meninggal 10 Tahun Lalu

Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela menerima lebih dari 250 penghargaan internasional sepanjang hidupnya, termasuk Nobel Perdamaian 1993.

Baca Selengkapnya

Satu Dekade Kematian Nelson Mandela, Warisan Pro-Palestina Masih Terus Hidup

5 Desember 2023

Satu Dekade Kematian Nelson Mandela, Warisan Pro-Palestina Masih Terus Hidup

Dibebaskan dari hukuman 27 tahun penjara, ikon anti-apartheid Nelson Mandela memeluk Yasser Arafat, sebuah dukungan terhadap perjuangan Palestina.

Baca Selengkapnya