TEMPO.CO, Canberra – Peretas Indonesia kembali beraksi dengan dalih pembalasan atas penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia. Kali ini sasarannya adalah situs polisi Australia. Polisi Federal Australia (AFP) memastikan tidak ada informasi sensitif setelah para peretas berhasil mengakses masuk detail anggota melalui situs Crime Stoppers.
Kelompok hacker yang menyebut dirinya BlackSinChan ini dilaporkan memperoleh dan mempublikasikan enkripsi kode masuk beberapa situs Australia, kemudian meninggalkan sebuah pesan di salah satu situs: “Ini adalah pembalasan untuk memata-matai Indonesia!”
Aksi mereka menyusul terungkapnya penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono, dan sejumlah pejabat tinggi negara.
Deputi Ketua Crime Stoppers Australia, Peter Price, mengatakan beberapa informasi yang dipublikasikan para peretas di Facebook adalah benar adanya. Sedangkan detail lain, seperti kata kunci, tidak benar. “Situs telah diretas dan, ya, mereka mempublikasikan informasinya di Internet, di mana tidak ada relevansi yang kritis,” katanya.
Akibat terungkapnya aksi penyadapan terhadap SBY, Indonesia menangguhkan seluruh kerja sama dengan Australia dalam kerangka kemitraan strategis, termasuk memerangi penyelundupan manusia, pengumpulan data intelijen, dan upaya anti-terorisme.
Perdana Menteri Australia Tony Abbott telah mengirim surat balasan Kamis lalu. Pihak Istana Kepresidenan menyatakan Indonesia masih mengkaji dan mempertimbangkan isi balasan surat tersebut. Belum diketahui apa isi balasan surat Abbott.
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengaku yakin surat Abbott dapat mencairkan suasana. “Saya yakin, hubungan baik terlalu penting bagi kedua negara, dan kami akan berusaha sangat keras untuk membangun hubungan yang sudah ada,” kata Bishop di Perth, kemarin.
Dia juga mengaku sudah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sejak pengungkapan penyadapan, termasuk telepon Marty.
