Seorang pria menggendong jenazah seorang anak di antara korban-korban tewas dari serangan gas beracun di Ghouta, Damaskus, Suriah, Rabu (21/8). Menurut aktivis Suriah, setidaknya 213 warga, termasuk wanita dan anak-anak, tewas dalam serangan gas beracun yang dilancarkan tentara Presiden Suriah Bashar al-Assad. REUTERS/Bassam Khabieh
TEMPO.CO, London – Sebuah lembaga penelitian yang berbasis di London mengungkapkan penelitian terbarunya. Menurut lembaga ini, telah lebih dari 11 ribu anak tewas dalam perang saudara di Suriah yang sudah berlangsung selama tiga tahun ini.
Dikutip dari laman CNN, Ahad, 24 November 2013, The Oxford Research Group menyatakan, sebanyak 11.420 anak, baik laki-laki maupun perempuan, telah menjadi korban dalam perang ini. Mereka mati dengan sia-sia lantaran disiksa, dieksekusi, ditembak mati, dan menjadi korban ledakan bom.
Dalam laporan yang berjudul Stolen Futures: The Hidden Toll of Child Casualties in Syria ini, juga diungkapkan bahwa lebih banyak anak laki-laki yang menjadi korban dibandingkan dengan anak perempuan.
Namun, Hana Salama, sang penulis studi, justru mengungkap, “Apa yang paling mengganggu bukan hanya jumlah kematian anak yang tinggi, melainkan juga bagaimana cara mereka dibunuh.” Ada anak-anak yang dieksekusi mati dan ada pula ditembak oleh penembak jitu. Bahkan ratusan bayi mendapatkan siksaan sebelum akhirnya dibunuh.
Salama dan timnya berharap, tentara Suriah dan kelompok pemberontak harus mulai memikirkan nasib anak-anak yang tak berdosa ini. Kedua kelompok telah disalahkan karena menargetkan warga sipil dalam serangannya. Salama juga meminta kepada kedua belah pihak untuk menghentikan penggunaan bahan peledak di tempat anak-anak tinggal dan bermain.
Sementara itu, data dari PBB menyebutkan, keseluruhan jumlah korban tewas pada akhir Juli mencapai 100 ribu jiwa. Dan, lebih dari 2,1 juta dari total 22,5 juta penduduk telah memilih untuk meninggalkan Suriah yang begitu mencekam.