TEMPO.CO, Sydney - Seorang pria yang dengan sengaja menularkan HIV kepada kekasihnya, yang kemudian tanpa sadar menularkan virus itu ke pria lain, harus menjalani kehidupan setidaknya selama tiga tahun di penjara.
Pria Australia kelahiran Zimbabwe, Chris Muronzi, 44 tahun, melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan seorang wanita Sydney sebanyak lima kali dalam sembilan bulan pada 2002. Selama hubungan berlangsung, dia tidak pernah memberitahu kekasihnya bahwa dia menderita HIV positif sejak delapan tahun sebelumnya. Untuk itu, Muronzi dinyatakan bersalah lantaran hukum Australia mewajibkan seorang penderita HIV untuk mengungkapkan diagnosis itu kepada semua mitra seksualnya.
“Secara keseluruhan, saya mengklasifikasikan dampaknya pada hidup saya dalam skala 10,” kata si wanita dalam kesaksiannya yang emosional bulan Agustus lalu. “Selama lebih dari 10 tahun setelah kejadian itu, saya masih berusaha mengatasi shock akibat penyakit yang seharusnya bisa dicegah ini.”
Di dalam sidang juga terungkap bahwa karena tidak tahu mengidap HIV, si wanita lantas menulari pacarnya yang baru tanpa disengaja.
Hakim Hock mengatakan tindakan Muronzi termasuk kategori terburuk dalam pelanggaran kejahatan yang menyebabkan kerusakan pada tubuh, dan menemukan bahwa dampak emosional terhadap korban merupakan faktor yang paling memberatkan.
Namun hakim melihat bahwa terdakwa menunjukkan penyesalan dan memiliki prospek yang baik untuk menjalani rehabilitasi. Hukuman terhadap Muronzi dikurangi 10 persen lantaran dia mengaku bersalah dan membutuhkan perawatan berkelanjutan untuk mengobati penyakitnya.
Selain itu, Muronzi juga belum pernah terlibat kejahatan apa pun. Hock kemudian menjatuhkan hukuman maksimal empat setengah tahun penjara dan masa percobaan setelah tiga tahun. Muronzi akan bebas bersyarat pada 28 September 2016.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.
