FBI Curigai Diplomat Rusia Rekrut Mata-mata di AS  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Kamis, 24 Oktober 2013 22:16 WIB

Getty Images/Chip Somodevilla

TEMPO.CO, New York - FBI menduga kepala program pertukaran budaya Rusia di Washington merekrut anak muda Amerika Serikat sebagai mata-mata melalui pengaturan perjalanan mereka ke Rusia. Diplomat Rusia Yury Zaitsev, yang mengepalai program pertukaran di ibu kota AS, telah ditandai oleh otoritas Amerika sebagai kemungkinan perekrut mata-mata.

Kebocoran tentang penyelidikan Zaitsev telah dipublikasikan oleh beberapa media AS, termasuk versi Internet dari Washington Post dan outlet media Mother Jones.

Sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya di FBI mengatakan kepada wartawan bahwa Zaitsev dan rekan-rekannya telah mengorganisasi kunjungan ke Rusia yang dibiayai itu untuk sekitar 130 warga Amerika. Sebagian besar yang mengikuti program ini adalah pekerja nirlaba, orang-orang bisnis, dan pembantu di bidang politik.

FBI mengklaim kantor pusat telah mempersiapkan file mereka yang mengunjungi Rusia, dan ini berpotensi dapat membuka jalan untuk perekrutan mereka pada masa depan. Menurut Russia Today, 24 Oktober 2013, tidak disebutkan adanya bukti kuat yang mendukung kecurigaan ini, kecuali bahwa dalam kasus tertentu pihak Rusia menanggung biaya transportasi dan akomodasi mereka.

Pemerintah Rusia menerima berita ini dengan bingung dan mengatakan bahwa "tuduhan itu tidak ada hubungannya dengan kenyataan." "Kami percaya bahwa publikasi media dan tindakan pemerintah AS tidak ramah dan ditujukan untuk memperparah situasi di bidang kerja sama kemanusiaan internasional," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Setelah adanya kejadian ini, diplomat Rusia menyatakan bahwa retorika Perang Dingin telah datang kembali dan menjadi bagian dari hubungan bilateral dua negara. "Ini memalukan bahwa Perang Dingin menggema dari waktu ke waktu dalam hubungan Rusia-Amerika," kata Zaitsev secara eksklusif kepada kantor berita Itar-Tass.

Kata Zaitsev, layanan yang dipromosikan oleh Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia itu "benar-benar terbuka" dan tidak kurang transparan dari program serupa oleh Amerika Serikat yang dipromosikan di Rusia. "Informasi lengkap mengenai program dan proyek kami dapat ditemukan di website kami," katanya (rs.gov.ru, dalam bahasa Rusia).

Adapun agen FBI dilaporkan menginterogasi peserta program pertukaran, meminta mereka untuk menggambarkan kegiatan mereka selama di Rusia. Peserta program pertukaran yang dikonfirmasi Mother Jones mengakui telah menerima pemberitahuan resmi dari FBI soal Zaitsev dan aktivitasnya.

Zaitsev sendiri menyebutkan investigasi yang sedang berlangsung itu "semacam perburuan." Dia menilai FBI "mengejar anak laki-laki dan perempuan" yang mengunjungi Rusia, menuntut mereka mengungkapkan apa yang mereka lakukan selama kunjungan ke sana. "Ada proses yang dilakukan untuk menciptakan ketakutan terhadap Rusia dalam masyarakat Amerika ... ini tidak dapat diterima," katanya.

Juru bicara Biro Penyelidik Federal (FBI) AS, Jason Pack, menolak untuk mengomentari berita ini.

Rusia Rossotrudnichestvo (Federal Agency for the Commonwealth of Independent States, Compatriots Living Abroad and International Humanitarian Cooperation), yang berkaitan dengan pertukaran budaya global, diciptakan tahun 2008 dan saat ini dipimpin oleh politikus dan diplomat Konstantin Kosachev. Badan ini memiliki wakil di 77 negara di 59 pusat-pusat khusus kebudayaan dan ilmu pengetahuan Rusia dan di 18 misi diplomatik nasional.

RUSSIA TODAY | GUARDIAN | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya