Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan. REUTERS/Umit Bektas
TEMPO.CO, Washington - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan tahun lalu diduga membocorkan identitas 10 warga negaranya yang bekerja sama dengan dinas rahasia Israel, Mossad, ke Iran. Menurut kolumnis David Ignatius dalam Washington Post edisi 17 Oktober 2013, warga Iran itu disebut kerap bertemu dengan agen Mossad di Turki.
Ignatius, mengutip sumber-sumber yang dimilikinya, menggambarkan kerusakan yang disebabkan oleh pembocoran identitas agen Mossad itu "signifikan". Ia menyebut langkah pemerintah Ankara itu sebagai "upaya Turki menampar Israel".
Menurut laporan surat kabar tersebut, kebocoran itu adalah salah satu alasan di balik penolakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meminta maaf kepada Turki mengenai insiden Gaza Flotilla, 31 Mei 2010. Penyerbuan tentara Israel ke kapal yang akan mengirim bantuan ke Gaza itu menyebabkan sembilan aktivis (delapan berkewarganegaraan Turki) tewas. Netanyahu akhirnya bersedia meminta maaf kepada Turki atas insiden itu setelah Presiden AS Barack Obama mengunjungi Israel, Maret 2013.
Ignatius mengatakan, meskipun akhirnya Israel meminta maaf atas insiden itu, hubungan kedua negara tetap tegang. Para pejabat Israel juga curiga kepada kepala intelijen Turki, Hakan Fidan. Kepada dinas rahasia Amerika Serikat Central Intelligence Agency (CIA), Israel menyebut Fidan adalah "Kepala Kantor MOIS (Ministry of Intelligence and Security) di Ankara". MOIS adalah Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran.
Meskipun ada keluhan Israel soal pembocoran identitas agen itu, Amerika Serikat tidak mempersoalkannya kepada Turki. Ignatius juga menulis, para pejabat senior AS mengatakan bahwa mereka tidak tahu sampai hari ini apakah kebocoran itu bagian dari reaksi Turki atas insiden Flotila, atau apakah itu terkait dengan rusaknya hubungan Israel dan Turki.
Menurut laporan Washington Post itu, para pejabat AS mengatakan, Mossad telah bekerja sama dengan Turki selama lebih dari 50 tahun, dan karena itu mereka tidak memiliki kekhawatiran bahwa Turki akan memberikan nama-nama agen-agen Mossad itu ke musuhnya, Iran.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.