CIA Akui Berada di Balik Kudeta Iran  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Senin, 19 Agustus 2013 16:26 WIB

indiatalkies.com

TEMPO.CO, Washington - Enam puluh tahun yang lalu, Senin, 19 Agustus 1953, sejarah modern Iran memasuki arah penting setelah kudeta yang didukung Amerika Serikat dan Inggris menggulingkan Perdana Menteri negara tersebut, Mohammed Mossadegh. Gaung peristiwa itu telah menghantui sejarah Iran bertahun-tahun, memberikan kontribusi bagi sikap anti-Amerika yang menyertai penggulingan Shah Reza Pahlevi pada awal 1979, dan bahkan mempengaruhi rakyat Iran menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran akhir tahun itu.

Tapi baru enam dekade, akhirnya komunitas intelijen AS mengakui secara terbuka bahwa mereka berada di belakang penggulingan Mossadegh. Ditampilkan di sini hari ini--di situs National Security Archive, George Washington University, yang memperoleh dokumen melalui Undang Undang Kebebasan memperoleh Informasi (Freedom of Information Act)--adalah kutipan singkat dari 'Pertempuran untuk Iran', laporan internal yang disiapkan di pertengahan 1970-an oleh seorang sejarawan internal CIA.

Dokumen itu sebenarnya pertama kali dirilis pada tahun 1981, tapi sebagian besar dipotong, termasuk semua Bab III yang berjudul "Terselubung Aksi"--bagian yang menggambarkan kudeta itu sendiri. Sebagian besar bagian itu tetap tersembunyi, sampai versi terbaru ini dibuka kepada publik, dan untuk pertama kalinya diketahui fakta soal peran CIA: "Kudeta militer yang menggulingkan Mossadegh dan kabinet Front Nasional itu dilakukan di bawah arahan CIA sebagai tindakan kebijakan luar negeri AS, "tulis sang sejarawan. Risiko meninggalkan Iran "terbuka untuk agresi Soviet," ia menambahkan, "memaksa Amerika Serikat ... merencanakan dan melaksanakan TPAJAX."

TPAJAX adalah nama sandi CIA untuk plot penggulingan Mossadegh, yang mengandalkan kolaborator lokal pada setiap tahapnya. Kudeta ini terdiri dari beberapa langkah: menggunakan propaganda untuk melemahkan Mossadegh secara politik, menginduksi Shah untuk bekerja sama, menyuap anggota parlemen, mengorganisasi pasukan keamanan, dan mendorong demonstrasi publik. Upaya awal sebenarnya gagal, tapi berhasil setelah pasukan keamanan menarik diri bersama-sama dan melakukan upaya kedua pada 19 Agustus.

Mengapa CIA akhirnya memilih untuk menyimpan perannya dalam waktu lama, tak jelas. CIA dan pelaksana lapangan dinas rahasia Inggris telah menulis buku dan artikel tentang operasi itu--terutama Kermit Roosevelt, kepala pengawas urusan kudeta. Para ahli telah menghasilkan banyak buku, termasuk beberapa di antaranya dalam beberapa tahun terakhir tentang peristiwa tersebut. Selain itu, dua Presiden Amerika (Bill Clinton dan Barack Obama) secara terbuka telah mengakui peran AS dalam kudeta itu.

Namun pejabat Pemerintah AS yang menangani soal klasifikasi informasi, khususnya di komunitas intelijen, sering memiliki pandangan yang berbeda tentang hal ini. Mereka khawatir bahwa pengungkapan "sumber dan metode"--bahkan untuk operasi yang sudah berlangsung puluhan tahun dan melibatkan metode kuno, seperti propaganda--mungkin bisa membantu musuh. Mereka bersikeras ada dunia yang berbeda antara apa yang dikenal publik secara tidak resmi (melalui kebocoran, misalnya) dengan apa yang diakui pemerintah secara resmi.

Akhirnya, ada prioritas menjaga hubungan baik dengan negara sekutu, khususnya di bidang intelijen. Catatan Pemerintah Inggris dari beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa Kementerian Luar Negeri Inggris (dan mungkin dinas rahasia Inggris, MI6, yang membantu merencanakan dan melaksanakan kudeta) cemas dan tidak ingin terpeleset secara resmi mengakui keterlibatannya.

Fakta bahwa CIA akhirnya kini telah memilih untuk berubah dengan membuka dan mengakui keterlibatannya adalah sesuatu yang harus disambut. Kita hanya bisa berharap itu mengarah kepada keputusan yang sama untuk membuka catatan sejarah tentang topik lainnya.

Foreignpolicy.com | Abdul Manan

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya